Indonesiainside.id, Moskow—Rusia hari ini menutup toko, sekolah, dan restoran selama 11 hari untuk mengekang infeksi dan kematian akibat Covid-19 setelah program vaksinasi diterapkan terlalu lambat. Semua layanan tidak penting termasuk toko kelontong, restoran, serta tempat olahraga dan hiburan akan ditutup hingga 7 November, termasuk sekolah dan taman kanak-kanak, kutip AFP.
Hanya toko yang menjual makanan, obat-obatan, dan tempat vital lainnya yang akan tetap buka karena pihak berwenang ingin mengekang gelombang Covid-19 yang tingkat infeksi dan kematiannya membuat rekor baru.
Rusia menjadi salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi dengan 230.000 kematian dilaporkan, namun pihak berwenang tidak menerapkan penutupan tegas seperti yang dilakukan negara-negara Barat lainnya.
Pemerintahan Presiden Vladimir Putin mengharapkan vaksin mereka, Sputnik V, tetapi penduduk Rusia dengan keras kepala menolak untuk menerima vaksin tersebut. Situs Gogov melaporkan bahwa, hingga kemarin, hanya 32 persen penduduk Rusia yang telah divaksinasi lengkap.
Jalan-jalan di Moskow tidak terlalu padat dari biasanya, namun jaringan Metro sibuk seperti biasa, dengan sebagian besar penumpang tidak mengenakan masker.
Putin pekan lalu memerintahkan cuti berbayar secara nasional antara 30 Oktober dan 7 November untuk mengekang infeksi yang berkembang dan pihak berwenang memerintahkan penutupan layanan yang tidak penting di Moskow mulai hari ini.
Pihak berwenang tidak mewajibkan warga Rusia untuk berada di rumah selama jam non-kerja dan banyak yang berencana menggunakan liburan untuk jalan-jalan baik di dalam maupun di luar negeri.
Wali Kota Sochi, yang menaungi resor Laut Hitam, juga mengeluarkan peringatan tentang peningkatan wisatawan dan permintaan penerbangan dari Rusia ke Turki dan Mesir juga melonjak.
Kemarin, Rusia mencatat 1.123 kematian akibat Covid-19, membuat total 233.898 kematian, tertinggi di Eropa. Negara ini juga mencatat angka resmi 8,3 juta kasus infeksi, tetapi para ahli independen mengklaim jumlahnya sebenarnya telah berkurang.
Jumlah yang dilaporkan oleh badan statistik Rosstat pada Oktober mengklaim bahwa lebih dari 400.000 kematian telah terjadi akibat Covid-19.
Setelah berbulan-bulan diberlakukan pembatasan pergerakan sejak awal pandemi, pihak berwenang Rusia menolak untuk menerapkan sanksi lebih lanjut yang dapat merugikan ekonomi negara itu, alih-alih ingin warganya divaksinasi.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pihak berwenang tidak memiliki rencana untuk membuat vaksin Covid-19 wajib bagi semua individu, meskipun menghadapi peningkatan kasus baru dan tingkat vaksinasi yang rendah. (NE)