Indonesiainside.id, Jakarta – Dalam empat hari pertama tahun 2022, sekitar 400 orang Amerika tewas dalam kekerasan bersenjata, menurut data terbaru oleh Gun Violence Archive, sebuah arsip online yang melacak insiden semacam itu di AS sejak 2013.
Data yang diperbarui oleh Gun Violence pada hari Selasa (4/1) juga menunjukkan bahwa 282 orang Amerika juga terluka dari 1 Januari hingga 4 Januari.
Amerika Serikat setidaknya mencatat sembilan peristiwa penembakan massal, berbagai kasus pembunuhan dan bunuh diri sejak awal 2022.
Rekor tertinggi 691 kasus penembakan massal terjadi pada 2021 dipicu melonjaknya kekerasan dengan menggunakan senjata api berbagai jenis.
Kekerasan bersenjata api di Amerika Serikat telah menjadi masalah sosial kronis yang tampaknya tidak memiliki solusi.
Biro Investigasi Federal memperkirakan bahwa penjualan senjata mencapai rekor 17 juta pucuk yang terjual dari Januari 2021 hingga November 2021.
Dengan sekitar 121 senjata api yang beredar untuk setiap 100 penduduk, AS sejauh ini adalah masyarakat paling bersenjata berat di dunia, menurut sebuah kelompok penelitian Small Arms Survey yang berbasis di Jenewa.
Dalam beberapa tahun terakhir, politisi Demokrat AS telah menyerukan pemeriksaan latar belakang secara massal serta larangan senjata serbu militer, tetapi kaum konservatif tetap teguh menentang kontrol senjata baru yang ketat.
Selama kampanye presiden 2020, Joe Biden berjanji untuk mengembalikan larangan senjata serbu, membuat program pembelian kembali senjata sukarela dan mengirim RUU ke Kongres untuk mencabut perlindungan pertanggungjawaban bagi produsen senjata dan menutup celah pemeriksaan latar belakang.
Kekerasan bersenjata juga menunjukkan semakin banyak anak-anak dan remaja Amerika yang menjadi korbannya.
Menurut perkiraan media, ada lebih sedikit penembakan massal pada tahun 2020 karena perhatian Amerika sepenuhnya terfokus pada mengalahkan virus corona yang mendatangkan malapetaka di negara itu.
Namun, karena semakin banyak orang Amerika divaksinasi dan penyakit itu terkendali, kekerasan senjata tidak terkendali pada tahun 2021 dengan kekuatan dan keganasan yang sama seperti sebelumnya, mendorong permintaan untuk langkah-langkah ketat oleh Gedung Putih terhadap “epidemi” kekerasan senjata AS.(Nto)