Indonesiainside.id, Kenya – Sebanyak 62 gajah mati dalam waktu lima bulan karena kekeringan tahun lalu. Mengantisipasi hal itu Kementerian Margasatwa Kenya bersiap untuk membangun wadah air di Taman Nasional untuk menghindari lebih banyak kematian.
Berbicara kepada parlemen, Sekretaris Kabinet Pariwisata dan Satwa Liar Najib Balala mengatakan gajah-gajah itu ditemukan mati di berbagai lokasi antara Agustus dan Desember 2021.
“Sepanjang Agustus hingga Desember, 62 ekor gajah mati akibat kekeringan. Kami bergegas membangun bak air di taman kami termasuk Tsavo yang paling terkena dampak,” kata Balala kepada Komite Keuangan Majelis Nasional dikutip Africanews, Sabtu (5/3).
Dia mengatakan Layanan Margasatwa Kenya (KWS) tidak memiliki sumber daya keuangan yang cukup untuk memasang bak penampung air di daerah yang terkena dampak kekeringan.
“Kami hanya mengandalkan dana promosi wisata dan sedang mempertimbangkan permintaan untuk mendirikan bak air, melakukan pengeboran, membuat bendungan dan penyediaan air di Taman Nasional Tsavo,” kata Balala.
Dikatakannya, pendapatan yang dihasilkan sektor pariwisata telah turun akibat Covid-19. Hal ini karena pembatasan perjalanan sehingga jumlah turis yang datang menurun drastis.
“Untuk bisa membayar gaji dan lain-lainnya selama ini sudah cukup kami bersyukur,” kata Balala.
Kekeringan yang berkepanjangan telah berdampak besar pada kegiatan konservasi satwa liar di negara-negara yang paling parah dilanda.
Pada bulan Februari tahun ini, seorang pejabat senior untuk Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa kekeringan telah menyebabkan kematian 1,5 juta ternak dan secara drastis memangkas produksi sereal. (Nto)