Indonesiainside.id, Jakarta – Pasukan Rusia mengintensifkan penembakan di kota-kota di pusat Ukraina, utara dan selatan, kata seorang pejabat Ukraina. Pasukan Rusia menghalangi upaya evakuasi warga sipil yang terkepung. Dengan pemimpin Ukraina yang mendesak rakyatnya untuk berperang di jalan-jalan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengalihkan kesalahan atas invasi tersebut, dengan mengatakan serangan Moskow dapat dihentikan “hanya jika Kyiv menghentikan permusuhan.”
Pinggiran Kyiv, Chernihiv di utara, Mykolaiv di selatan, dan Kharkiv, kota terbesar kedua di negara itu, menghadapi peningkatan penembakan pada Minggu malam, kata penasihat presiden Oleksiy Arestovich. Artileri berat menghantam daerah pemukiman di Kharkiv dan penembakan merusak sebuah menara televisi, menurut pejabat setempat.
“Ini kemungkinan merupakan upaya untuk mematahkan moral Ukraina,” kata Kementerian Pertahanan Inggris tentang taktik Rusia saat perang memasuki hari ke-12 Senin (7/3/22), dilansir Time.com.
Pertempuran telah menyebabkan 1,5 juta orang meninggalkan negara itu, yang oleh kepala badan pengungsi PBB disebut sebagai “krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.”
Serangan terbaru menghancurkan harapan bahwa lebih banyak orang dapat melarikan diri dari pertempuran di Ukraina. Rusia yang berencana segera menguasai negara itu dihalangi oleh perlawanan sengit. Rusia membuat kemajuan signifikan di Ukraina selatan dan di sepanjang pantai, tetapi banyak dari upayanya terhenti, termasuk konvoi militer besar yang hampir tidak bergerak selama berhari-hari di utara Kyiv.
Adapun persediaan makanan, air, obat-obatan, dan hampir semua persediaan lainnya, sangat terbatas di kota pelabuhan selatan Mariupol. Pasukan Rusia dan Ukraina telah menyetujui gencatan senjata 11 jam yang akan memungkinkan warga sipil dan yang terluka dievakuasi. Namun serangan Rusia dengan cepat menutup koridor kemanusiaan, kata pejabat Ukraina.
“Tidak boleh ada ‘koridor hijau’ karena hanya otak orang Rusia yang sakit yang memutuskan kapan harus mulai menembak dan kepada siapa,” kata penasihat Kementerian Dalam Negeri Anton Gerashchenko di Telegram.
Pembicaraan putaran ketiga antara para pemimpin Rusia dan Ukraina direncanakan pada hari Senin. Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Minggu mengumumkan bahwa pasukannya bermaksud untuk menyerang kompleks industri militer Ukraina dengan apa yang dikatakannya sebagai senjata presisi.
Seorang juru bicara kementerian, Igor Konashenkov, mengklaim dalam sebuah pernyataan yang dibawakan oleh kantor berita negara Tass bahwa personel Ukraina dipaksa memperbaiki peralatan militer yang rusak sehingga dapat dikirim kembali untuk digunakan.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengkritik para pemimpin Barat karena tidak menanggapi ancaman terbaru Rusia. “Saya tidak mendengar satu pun pemimpin dunia bereaksi terhadap ini,” kata Zelenskyy pada Minggu malam.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menuduh, tanpa memberikan bukti, pasukan Ukraina berencana meledakkan reaktor nuklir eksperimental di Kharkiv dan menyalahkannya atas serangan rudal Rusia. Sementara itu, Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron hari Minggu berbicara tentang situasi nuklir di Ukraina, yang memiliki 15 reaktor nuklir di empat pembangkit listrik dan merupakan lokasi bencana nuklir Chernobyl 1986.
Pada prinsipnya mereka setuju berdialog dengan melibatkan Rusia, Ukraina dan pengawas atom PBB, menurut seorang pejabat Prancis yang berbicara dengan syarat anonim. Hal itu sejalan dengan praktik kepresidenan. Pembicaraan potensial tentang masalah ini akan diselenggarakan dalam beberapa hari mendatang. Putin juga menyalahkan kebakaran pekan lalu di pembangkit nuklir Zaporizhzhia, yang menurut pejabat Ukraina disebabkan oleh penyerang Rusia, pada “provokasi yang diorganisir oleh radikal Ukraina.”
Di lain sisi, para pemimpin internasional, serta Paus Fransiskus, meminta Putin untuk bernegosiasi. Dalam langkah yang sangat tidak biasa, paus mengatakan dia telah mengirim dua kardinal ke Ukraina untuk mencoba mengakhiri konflik. “Di Ukraina, sungai darah dan air mata mengalir,” kata Paus dalam pemberkatan tradisionalnya pada hari Minggu.
Jumlah korban tewas masih belum jelas. PBB mengatakan telah mengonfirmasi hanya beberapa ratus kematian warga sipil tetapi juga memperingatkan bahwa jumlahnya sangat kecil. Sekitar delapan warga sipil tewas oleh penembakan Rusia di kota Irpin, di pinggiran barat laut Kyiv, menurut Walikota Oleksander Markyshin. Korban tewas termasuk satu keluarga.
Rekaman video menunjukkan sebuah peluru menghantam jalan kota, tidak jauh dari jembatan yang digunakan oleh orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran. Sekelompok pejuang terlihat berusaha membantu keluarga tersebut. Selain itu, segelintir penduduk yang berhasil melarikan diri dari Mariupol sebelum koridor kemanusiaan ditutup mengatakan kota berpenduduk 430.000 jiwa itu telah hancur.
“Kami melihat semuanya, rumah-rumah terbakar, semua orang duduk di ruang bawah tanah,” kata Yelena Zamay, yang melarikan diri ke salah satu republik yang memproklamirkan diri di Ukraina timur yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia. “Tidak ada komunikasi, tidak ada air, tidak ada gas, tidak ada lampu, tidak ada air. Tidak ada apa-apa.”
Pejabat militer Inggris membandingkan taktik Rusia dengan yang digunakan Moskow di Chechnya dan Suriah, di mana kota-kota yang dikelilingi dihancurkan oleh serangan udara dan artileri.
Zelenskyy mengulangi permintaan pelindung asing untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas Ukraina, yang sejauh ini telah dikesampingkan oleh NATO karena kekhawatiran tindakan semacam itu akan mengarah pada perang yang jauh lebih luas. “Dunia cukup kuat untuk menutup langit kita,” kata Zelenskyy pada hari Minggu dalam sebuah pidato video.
Militer Ukraina sangat kalah bersaing dengan Rusia, tetapi pasukan profesional dan sukarelawannya telah melawan balik dengan kegigihan yang sengit. Di Kyiv, relawan berbaris pada Sabtu untuk bergabung dengan militer.
Barat telah secara luas mendukung Ukraina, menawarkan bantuan dan pengiriman senjata dan memberikan sanksi yang luas kepada Rusia. Tetapi tidak ada pasukan NATO yang dikirim. Sementara Ukraina berencana membuat legiun internasional pejuang sukarelawan dari puluhan negara. Lebih dari 20.000 orang telah menjadi sukarelawan, menurut Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, meskipun tidak jelas berapa banyak yang berada di Ukraina.
“Seluruh dunia saat ini berada di pihak Ukraina, tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam perbuatan,” katanya di televisi Ukraina Minggu malam. (Aza)