Indonesiainside.id, New York – Kota-kota besar di seluruh Amerika Serikat menghadapi gelombang epidemi kematian para gelandangan di jalan-jalan karena populasinya yang pesat. Selain rentan penyakit, kondisi ini diperparah oleh mudahnya mendapatka obat-obatan terlarang.
Kemudahan mendapat obat-obatan terlarang yang mematikan, terutama fentanil, di jalanan telah menjadi penyebab utama meningkatnya jumlah kematian di antara populasi tunawisma, lansir The New York Times mengutip data resmi dan sebuah penelitian.
Austin, Denver, Indianapolis, Nashville dan Salt Lake City termasuk di antara kota-kota di mana para pejabat dan kelompok advokasi sangat khawatir dengan meningkatnya jumlah kematian para gelandangan.
California bahkan menghadapi krisis lebih akut karena menjadi rumah bagi seperempat dari 500.000 populasi tunawisma di Amerika.
Menurut data dari Coroner County, di Los Angeles County saja, rata-rata lima orang tunawisma meninggal setiap hari pada tahun lalu. Total 287 tunawisma meninggal tahun lalu, 24 di antaranya dilaporkan di gang-gang dan 72 di trotoar.
Sedangkan data dari beberapa distrik melaporkan kematian tunawisma setidaknya 4.800 orang tewas di jalan-jalan California tahun lalu. Angka ini lebih memungkinkan mendekati realitas di lapangan menurut para ahli.
Di Los Angeles County, populasi tunawisma tumbuh sebesar 50 persen dari 2015 hingga 2020. Kematian tunawisma tumbuh pada tingkat yang jauh lebih cepat, meningkat sekitar 200 persen selama periode yang sama menjadi hampir 2.000 kematian tahun lalu.
“Itu adalah kematian yang sangat sepi,” kata David Modersbach, yang memimpin studi publik pertama tentang kematian tunawisma di Alameda County di seberang Teluk dari San Francisco.
Mengejutkan lagi, bahwa jumlah itu hanya mewakili sebagian kecil dari puluhan ribu orang yang menghembuskan nafas terakhir mereka di jalan-jalan yang sibuk dan tempat warga kelas atas menghambur-hamburkan kekayaannya.
Para pejabat mengakui bahwa menghitung kematian tunawisma adalah proses yang melelahkan dan di banyak tempat tidak ada catatan publik tentang mereka yang meninggal kala menjadi gelandangan.
Namun, para ahli di National Health Care for the Homeless Council memperkirakan jumlah total kematian tunawisma di seluruh Amerika sebenarnya antara 17.000 dan 40.000 setiap tahun.
Di banyak kota di Amerika, jumlah kematian tunawisma meningkat selama pandemi COVID-19, karena pejabat kesehatan masyarakat disibukkan dengan memerangi virus corona dan fasilitas medis terbatas.
Biasanya mereka yang berusia 50-an dan 60-an tahun menduduki jumlah terbesar yang meninggal di jalanan. (Nto)