Akhir bulan Mei hingga Agustus menjadi waktu yang sangat ditunggu warga Inggris. Udara hangat, libur panjang, dan hari-hari di mana matahari tidak tertutup awan. Itulah di antara sederet asa kenapa masa ini menjadi penting bagi warga Inggris.
Di masa ini, destinasi liburan selalu ramai dikunjungi orang-orang dari berbagai penjuru Inggris. Warga seakan berlomba keluar rumah demi memanjakan tubuh di bawah sengatan mentari yang tak terlalu panas.
Namun, jauh panggang dari api. Kehangatan yang diimpikan, yang datang malah suhu yang sangat panas. Bahkan terburuk sejak 1922 silam. Saking panasnya, suhu di siang dan malam hari sama saja. Sampai-sampai seorang pakar menyarankan agar warga membekukan es untuk dijadikan sebagai “bantal” tidur.
Kenyataan pahit ini mengubah kebiasaan lama warga Inggris dari gemar bepergian dan berwisata pada periode Mei hingga Agustus menjadi wajib tinggal di rumah agar tetap terhidrasi. Slogan Covid-19 di “rumah saja” kembali menjadi tontonan yang dipajang dalam bentuk sosialisasi dari pemerintah di jalan-jalan dan berbagai titik strategis.
Berikut laporan Koresponden Indonesiainside.id, Rafkha Gibrani, dari London, Inggris.
Tahun ini adalah musim terpanas yang membuat semua orang harus waspada. Misalnya, pada Jum’at (15/7), Met Office yang dikenal sebagai badan meteorologi Inggris mengeluarkan Red Warning. Artinya, peringatan bahaya tingkat tinggi. Peringatan ini terkait kenaikan temperatur suhu di musim panas yang drastis.
Menurut Met Office, peringatan bahwa kenaikan temperatur bisa mencapai 41 derajat celsius dalam dua hari. Warga dianjurkan tetap tinggal di rumah pada hari Senin (18/7) dan Selasa (19/7). Warga juga diimbau mengurangi bepergian berskala domestik atau dalam negeri, jika tidak ada keperluan mendesak.
Peringatan untuk tetap terhidrasi dan mengurangi perjalanan yang tidak perlu dipasang di banyak papan stasiun. Cuaca tak bersahabat ini bahkan tidak hanya mengancaman kesehatan manusia. Gangguannya juga mencakup terjadinya kebakaran pada rel kereta api hingga landasan pacu yang meleleh akibat panas ekstrem.
Tak heran, jalur kereta dalam negeri banyak yang mengalami gangguan dan keterlambatan. Mulai dari kerusakan kecil kereta api sampai rel kereta api terbakar karena terlalu panas.
Peringatan untuk tetap terhidrasi dan mengurangi perjalanan yang tidak perlu, terlihat dipasang di papan peringatan di stasiun hingga papan iklan di jalan raya. Kenaikan temperatur ini tercatat menjadi kenaikan temperatur tahunan yang paling parah sejak tahun 1922.
Suhu malam hari yang biasanya cukup dingin untuk istirahat kini justru tidak jauh berbeda dengan suhu pada siang hari. Para ahli menganjurkan untuk meletakkan botol minum yang telah dibekukan dalam lemari es di bawah bantal sebelum tidur untuk menjaga suhu tempat tidur tetap sejuk pada malam hari. Selain itu, mengonsumsi pisang dan mengurangi olahraga di akhir hari sangat dianjurkan untuk menjaga tubuh tetap bugar.
Sadiq Khan, Wali Kota London melalui cuitannya di Twitter, mengatakan, tim pemadam kebakaran melaporkan kebakaran besar di wilayah London Raya, Dartford, pada Selasa (19/7). Sekitar 15 tim pemadam kebakaran yang terdiri dari 100 orang menuju lokasi kebakaran. Asap kebakaran yang tebal bisa dilihat dari sungai Thames. Warga di dekat area kebakaran dianjurkan menutup jendela dan tetap di rumah.
Diliput oleh Sky News, penerbangan keluar dan masuk di salah satu pangkalan udara militer terbesar di Inggris, RAF Brize Norton, Oxford, dihentikan sementara karena landasan pacu yang meleleh terkait panas ekstrem. Pada Selasa (12/7), salah satu jalur kereta di London dihentikan karena rel kereta terbakar.
Berkaca pada tahun 2021 di waktu yang sama, gelombang panas hanya mencapai 37 derajat celsius. Saat itu, tidak ada peringatan bahaya cuaca ekstrem yang dikeluarkan badan meteorologi Inggris, Met Office.
Meski begitu, masih ada asa di tengah suhu panas tersebut. Destinasi wisata bukan berarti benar-benar sepi. Di tengah cuaca ekstrem yang melanda Inggris, destinasi turis masih ramai dikunjungi. Daerah pesisir seperti Brighton, Bournemouth dan Cornwall menjadi destinasi utama.
Suhu Politik
Di tengah meningginya temperatur suhu di Inggris, suasana politik juga memanas yang berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. PM Inggris ini mengundurkan diri pada Kamis (7/7) yang diumumkan lewat pidato resmi di Downing Street, kediaman Perdana Menteri Inggris.
Boris sangat menyesalkan karena harus mundur dari pekerjaan terbaik di dunia sebagai Perdana Menteri Inggris. Meski begitu, tidak ada kekacauan atau demo terkait pengunduran diri Boris. Sistem kenegaraan Inggris yang sudah mapan membuat stabilitas kehidupan sehari-hari masyarakat berjalan dengan lancar.
Boris Johnson menjabat sebagai Perdana Menteri pada Juli 2019 menggantikan Theresa May. Masa kepemimpinan Boris dianggap cacat dan gagal dalam menangani krisis. Di antaranya, Boris melanggar aturan Lockdown pada masa pandemi 2020 ketika ketahuan mengadakan pesta tertutup di Downing Street. Namun, masih ada asa di masa-masa terpanas bagi warga Inggris tersebut. (Aza)