Indonesiainside.id, Jakarta – Lebih dari 200 orang meninggal dalam kekerasan geng di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, selama 10 hari terakhir. PBB menyebut setengah dari para korban adalah penduduk yang tak bersalah.
“Hampir setengah dari mereka yang tewas adalah penduduk yang tidak memiliki hubungan dengan geng-geng yang berjuang untuk menguasai lingkungan Cité Soleil,” ungkap pernyataan resmi PBB dilansir BBC, Rabu (27/7).
Penduduk setempat mengatakan mereka kehabisan air minum dan makanan karena pengiriman telah dihentikan di tengah baku tembak.
Seorang penduduk menggambarkan hidupnya sebagai “siklus ketakutan, stres, dan keputusasaan”.
Kekerasan geng telah meningkat sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse oleh tentara bayaran setahun yang lalu, tetapi telah mencapai tingkat baru yang mengejutkan sejak pertempuran meletus pada 8 Juli antara dua aliansi kriminal, yang dikenal sebagai G9 dan G-Pèp.
PBB mengatakan bahwa 209 orang tewas antara 8 dan 17 Juli, di mana 114 di antaranya adalah anggota geng. Sebanyak 254 orang lainnya telah mengalami luka tembak, lebih dari setengahnya warga tanpa hubungan dengan geng-geng tersebut.
Seorang pemimpin pemuda dari Brooklyn, daerah di dalam lingkungan Cité Soleil yang luas yang paling parah dilanda pertempuran, menggambarkan bagaimana hidupnya telah berubah.
“Saya pergi tidur dan bangun dengan suara tembakan, yang sangat menegangkan. Penembakan itu membuat saya takut, saya mencoba bisa tidur di tengah rentetan tembakan. Ini benar-benar mengerikan,” kata pemuda yang tidak mau disebutkan namanya dengan alasan keamanan kepada PBB.
Sekitar 3.000 warga terpaksa mengungsi. Banyak yang tidak memiliki apa-apa untuk kembali setelah rumah mereka dihancurkan atau dibakar oleh geng-geng.
Yang lain tidak berani meninggalkan rumah mereka karena takut terbunuh oleh peluru nyasar.
Dengan pasokan bahan bakar, makanan, dan air minum terganggu, Program Pangan Dunia dan Dana Anak-anak PBB telah mulai mengirimkan bantuan langsung kepada orang-orang yang paling rentan di Cité Soleil.
Ratusan anak juga berlindung di sebuah sekolah menengah di ibu kota.
Pemimpin pemuda dari Cité Soleil itu mengatakan dia berharap kekerasan itu akan berhenti sehingga dia bisa kembali ke pekerjaannya menyatukan orang-orang muda dari daerah-daerah yang dikendalikan oleh geng-geng saingan untuk bermain olahraga bersama.(Nto)