Oleh: Anisa Tri K
Indonesiainside.id, Jakarta – Kualitas udara di beberapa daerah di Riau, khususnya Kota Pekanbaru, sudah masuk kategori berbahaya. Namun, asap pekat sulit diatasi karena masih banyak titik-titik api.
Pemadaman titik api juga sulit karena kemarau panjang, kecuali hujan sudah turun. Sementara hujan diprediksi baru akan turun pada pertengahan Oktober. Artinya, masih harus menunggu sekitar satu bukan lagi untuk kembali benar-benar normal.
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, titik-titik api sulit dipadamkan karena musim kemarau panjang. Menurut Dwi, pemadaman titik api jauh lebih efektif dengan hujan.
“Bukan kita tidak mau memadamkan. Kami mengawal hujan buatan sudah sejak dari bulan Juli lalu atas instruksi langsung dari Presiden,” Papar Dwi saat ditemui di Kantor BNPB Jakarta pada Sabtu (14/9).
Berdasarkan alat ukur Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Riau, angka konsentrasi polutan 478, sedangkan alat milik Chevron di Rumbai menunjukkan angka 846. Kesimpulannya, ISPU di Pekanbaru berbahaya.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat sore (13/9), jarak pandang di Pekanbaru sepanjang 1,2 kilometer dan udara masih berasap. Daerah lainnya yang masih berasap antara lain Kota Rengat dengan jarak pandang 400 meter, Kota Dumai dan Kabupaten Pelalawan dengan jarak pandang keduanya masing-masing 500 meter dan 800 meter.
Menurut data BMKG, jumlah titik panas (hotspot) di Pekanbaru ada 66 titik. Paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 38 titik. Kemudian di Kabupaten Pelalawan ada 9 titik, Kampar 5 titik, Bengkalis, Kuansing dan Indragiri Hulu (Inhu) masing-masing 3 titik. Kepulauan Meranti dan Rohil masing-masing 2 titik, dan Siak ada satu titik panas.
Kabut asap di Pekanbaru mulai menyelimuti Pekanbaru sejak akhir Juli dan makin pekat pada awal September. Akibatnya, sebanyak 39.277 warga di Provinsi Riau menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) akibat polusi kabut asap sejak bulan Agustus hingga awal September ini.
Wakil Komandan Satgas Karhutla Riau, Edwar Sanger, mengatakan upaya pemadaman selain fokus di daerah pesisir juga di bagian selatan Kota Pekanbaru yakni di Kabupaten Pelalawan. Di daerah tersebut banyak terdapat titik api yang asapnya terbawa angin ke Kota Pekanbaru.
Meski begitu, dia mengatakan upaya pemadaman Karhutla di Riau sebenarnya cukup berhasil karena kenyataannya jumlah titik api di Riau lebih sedikit dibandingkan provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel), yang pada Jumat sore tercatat ada 154 dan 256 titik panas.
“Kita ini makin parah karena asap kiriman dari tetangga (Jambi dan Sumsel),” kata Edwar.
Menurut Dwikorita Karnawati, musim kemarau membuat awan sulit untuk dicari. Jika dibandingkan dengan Malaysia, Dwi memaparkan bahwa di sana areanya lebih sedikit, dan sudah masuk musim hujan. (Aza)