Oleh: Muhajir
Indonesiainside.id, Jakarta – Mantan Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hehamahua, menilai solusi pengajuan bencana gempa di Maluku harus dilakukan melalui dua pendekatan. Pendekatan agama dan pendidikan.
Dia mengatakan, gempa adalah fenomena alam yang telah terjadi sejak dulu. Bahkan, pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi bencana gempa.
“Pendekatan pertama yakni agama,” kata dia dalam diskusi ‘Menjadikan Maluku Bukan Beban Negara’ di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu sore (5/10).
Dia mencontohkan, mengutip hadis Radullulah, kala itu Rasulullah pernah berada di atas Gunung Tsabir di Mekah. Rasulullah bersama Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Tiba-tiba gunung berguncang hingga bebatuannya berjatuhan.
“Maka Rasulullah menghentakkan kakinya dan berkata, Tenanglah Tsabir! Yang ada di atasmu tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang Syahid,” kata Hehamahua mengutip hadis riwayat Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ad-Daruquthni, dari Usman bin Affan RA.
Maka itu, dia meminta agar masyarakat Maluku lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menurut dia, pendekatan itu bisa lebih menenangkan diri.
Kemudian, pendekatan kedua adalah pendidikan. Dia juga mengajak masyarakat Maluku untuk berpendidikan tinggi. Akan tetapi, tidak terpaku pada sistem yang diciptakan pemerintah.
Menurut dia, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Sebagian mantan penasehat KPK, dia membeberkan data para koruptor yang ditangkap sejak tahun 2005.
“Dari 800 lebih dari 2005, yang 80 persen itu dituangkan KPK adalah sarjana. Maka pendidikan kita melahirkan koruptor. Maka pendidikan kita gagal. Kenapa, karena guru itu hanya pengajar, bukan pendidik,” ucapnya.
Maka itu dia meminta agar masyarakat Maluku tetap berpendidikan tinggi, tapi juga mempelajari nilai-nilai moral bangsa Indonesia. Ini agar bisa membawa Maluku keluar dari garis kemiskinan “Perbaiki pendidikan, mulai dari universitas, maka mulailah dari sanalah,” ucapnya. (PS)