Oleh: Azhar AP
Indonesiainside.id, Ambon – Guncangan gempa di Maluku seolah tak pernah berhenti sejak 26 September 2019 lalu. Terkadang hanya berselang beberapa jam, terjadi lagi gempa beruntun atau susulan yang membuat warga panik dan berhamburan.
Fenomena alam yang dialami warga Ambon membuat pemerintah setempat terus waspada. Selain melakukan upaya mitigasi kegempaan, Pemerintah Kota Ambon mengimbau warga untuk memperbanyak doa menghadapi situasi dan kondisi alam akhir-akhir ini.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Monardo menyebutkan, sejak 26 September 2019 lalu hingga pukul 11.00 WIT pada Jumat (11/10) kemarin, telah terjadi 1.359 kali gempa susulan di Maluku. Dampak bencana tersebut menimbulkan korban yang cukup banyak.
Berdasarkan data BNPB, 155 dari 1.359 kali gempa susulan, dirasakan masyarakat Maluku. Dampak gempa tersebut memakan korban jiwa hingga 40 orang dan ribuan orang luka-luka. Selain itu, lebih 6.000 rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan.
Dua hari lalu, warga kembali merasakan gempa, Kamis siang (10/10). Gempa beruntun itu menimbulkan kepanikan dan trauma masyarakat. Sebagai besar warga memilih mengungsikan diri ke kawasan pegunungan di sekitar ibu kota provinsi Maluku itu.
Gempa ini berkekuatan magnitudo 5,2 pada pukul 11.30 WIT yang disertai gempa susulan bermagnitudo 4,6 dan 3,6. Pada hari sama, gempa magnitudo 3,2 mengguncang Kairatu, Seram Bagian Barat, Maluku, Kamis (10/10), pukul 03.00 WIB.
Ribuan warga menggunakan kendaraan bermotor atau berjalan kaki menuju kawasan Kudamati dan Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, untuk menyelamatkan diri.
Gempa beruntun juga terjadi pada Rabu (9/10). Gempa pertama dengan magnitudo 3,7 pada pukul 10.29 WIT dan kedua terjadi pukul 10.29 WIT atau hanya selang 43 detik dari gempa pertama.
Menyikapi fenomena gempa yang terus berguncang di Maluku, Wakil Wali kota Ambon Syarif Hadler mengimbau seluruh warga melalui tokoh agama untuk memperbanyak kegiatan doa di lingkungan masing-masing.
“Imbauan kita sampaikan melalui tokoh agama yang ada di kota Ambon, untuk melakukan doa bersama di lingkungan masing-masing,” katanya.
Imbauan ini diharapkan dapat ditindaklanjuti ke warga agar semuanya tetap dalam perlindungan dan pemulihan di Kota Ambon dan wilayah lain di Maluku. Doa bersama di lingkup Pemkot juga dilakukan secara internal.
Doa bersama untuk umat Islam digelar di kediaman Wakil Wali kota dan Kristen di kediaman Wali kota Ambon. Doa bersama juga akan dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku dan Kota Ambon di Masjid Al Fatah dan Gereja Maranatha pada Senin (14/10).
Syarif mengatakan, doa bersama harus dilaksanakan rutin sesuai kepercayaan sebagai bentuk penguatan iman. “Kami berharap kegiatan ini menjadi agenda rutin bukan hanya saat menghadapi bencana, tetapi bagaimana umat harus selalu ada dalam doa dan dzikir agar kota ini tetap dalam lindungan Tuhan,” katanya. (Aza/Ant)