Indonesiainside.id, Jakarta – Jika di beberapa kota jumlah SD Inpres sudah mulai menyusut, bahkan hilang sama sekali, tidak demikian dengan apa yang terjadi di kota Palu yang juga merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, itu. Di Kota Palu, jumlah SD Inpres lebih banyak dari jumlah SD Negeri. Bahkan, jumlah tersebut tidak berkurang sejak awal dioperasikan di paruh tahun 1975-an.
Saat ini, di Kota Palu, ada 70 SD Inpres, sedangkan SD Negeri hanya 61 sekolah. “Jadi, lebih banyak jumlah SD Inpres dibandingkan SD Negeri,” kata Ansyar Sutiadi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu kepada Taufan dari Indonesiainside.id.
Baik SD Negeri maupun SD Inpres, dalam tata kelolanya di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu. Menurut Ansyar, dalam hal peningkatan mutu, kualitas, prasarana dan sarana pendidikannya, pihaknya tidak membeda-bedakan status sekolah tersebut. Pada dasarnya, SD Inpres maupun SD Negeri sama saja. “Hanya penyebutannya saja yang berbeda,” katanya.
Masih kata Ansyar, jika ada sarana atau prasarana SD Inpres yang belum di tingkatkan, kemungkinan besar SD Inpres tersebut masih dalam daftar tunggu. Hal ini karena banyak dari sekolah di Palu yang masih butuh perhatian, sementara dana yang tersedia sangat terbatas.

Adapun status SD Inpres di kota Palu, menurut Ansyar, akan tetap dipertahankan. Hal ini karena ada beberapa faktor dan aturan yang menjadi pertimbangan. Ini yang membuat pihaknya sulit mengubah nama SD Inpres menjadi SD Negeri. Salah satunya, ijazah alumni atau lulusan sekolah tersebut, tidak akan diakui lagi. Hal ini karena nama sekolahnya sudah tidak ada atau tidak terdaftar lagi. “Kan kasihan, jika ada alumni yang ingin menggunakan ijazah tersebut, untuk keperluan yang penting,” akunya.
Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Palu, menurut Ansyar, selama ini tidak pernah membedaka-bedakan pelayanan terhadap semua sekolah. Sepanjang guru-guru dan peserta didiknya memenuhi standar yang diberikan dan mampu menunjukkan prestasi, pihak Dinas akan medukung dengan anggaran yang tersedia.
Lain Palu, lain pula Makassar. Di Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan tersebut, perkembangan teknologi tidak dirasakan oleh anak didik di SD Inpres. Salah satunya dialami oleh SD Inpres Banta-bantaeng yang terletak di Jalan Monginsidi Baru, Makassar.
Sumarni, Guru Kelas 1 SD Inpres Banta-bantaeng, menuturkan, untuk proses pengenalan teknologi kepada murid masih dilakukan dengan cara yang sederhana. Yakni, menggunakan data internet milik pribadi guru. Hal ini karena internet belum disediakan oleh pihak sekolah. “Di sekolah lain biasanya sudah ada guru TIK nya. Sedangkan kami belum ada fasilitas internet, apalagi guru,” kata Sumarni kepada Indrawati dari Indonesiainside.id. TIK singkatan dari teknologi informasi dan komunikasi, sebagai sarana penunjang belajar-mengajar.
Tak hanya sarana internet yang tidak tersedia, SD Inpres Banta-bantaeng juga tidak memiliki fasilitas komputer. Padahal, di era komputerisasi ini, setiap sekolah mengelola data dan informasi melalui sistem Dapodik. Data Pokok Pendidikan (Dapodik) adalah sistem pendataan skala nasional yang terpadu, dan merupakan sumber data utama pendidikan nasional. Dapodik adalah bagian dari program perencanaan pendidikan nasional dalam mewujudkan insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif. Ironinya, rata-rata SD Inpres di kota Makassar belum mendapatkan fasilitas tersebut.
Kebutuhan akan guru juga masih dikeluhkan oleh Sumarni. Sekolah yang tergabung dengan SD Inpres Banta-bantaeng juga kekurangan guru dan minim ilmu, khususnya yang terkait dengan metode pembelajaran.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah lebih memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan cara secara periodik melaksanakan pelatihan atau workshop kepada setiap guru.
“Disini ada dua sekolah yang tergabung dengan masing-masing kelas hanya ada tiga. Sehingga untuk proses belajar dilakukan dengan cara shif. Ada yang masuk pagi dan siang,” terangnya.
SD Inpres Banta-bantaeng memiliki tenaga pengajar delapan orang yang terdiri dari PNS empat orang dan tenaga honorer empat orang. Sedangkan total jumlah siswa sebanyak 221 orang.
Di kota Makassar, saat ini ada 365 SD Negeri, 208 SD Swasta, dan 190 SD Inpres. Sebelumnya, di kota Makassar pernah punya 190 SD Inpres. Seiring dengan berjalannya waktu dan berbagai sebab yang menyertainya, sebanyak 49 SD Inpres berguguran. SD Inpres di Makassar awalnya mencapai 141, kini tinggal 190. Keadannya pun masih memprihatinkan, tidak ada TIK, tidak ada perpustakaan yang memadai, dan bagunannya yang rata-rata kurang representative untuk kegiatan belajar-mengajar. (HMJ)