Indonesiainside.id, Jakarta – Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) Tamam bin Arsyad meninggal saat mengantre paspor di kedutaan RI akibat serangan jantung. Tamam telah tinggal tetap di Malaysia.
“Ini tentu menjadi perhatian banyak pihak. Meski ada penjelasan KBRI bahwa almarhum punya riwayat penyakit jantung dan saat kejadian tidak dalam kondisi berdesak-desakan,” kata anggota DPR RI, Sukanya di Jakarta, Sabtu (2/11)
Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Polhukam ini menyampaikan bahwa masih adanya antrean dalam pengurusan paspor menunjukkan sistem online yang sudah dibuat belum berjalan optimal. Sementara di lokasi antrean paspor nampaknya belum disediakan layanan medis yang memadai untuk mengantisipasi kejadian seperti yang menimpa almarhum.
“Ini tetap perlu menjadi bahan evaluasi bagi KBRI untuk meningkatkan kualitas layanan. Bagaimanapun satu nyawa WNI tidak ternilai harganya, tugas negara untuk melindunginya,” katanya.
Ia berpendapat, perlu langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kualitas layanan di KBRI. Pertama, di negara asing dengan populasi WNI yang besar sangat perlu untuk menambah jumlah loket layanan untuk memastikan tidak ada antrian panjang.
“Kedua, KBRI perlu memperkuat sosialisasi dan edukasi layanan online yang telah dibuat,” katanya.
Ketiga, perlu adanya protap untuk mengantisipasi kejadian khusus seperti kejadian almarhum Tamam bin Arsyad sehingga lebih cepat tertangani. Menurut dia, upaya peningkatan kualitas layanan KBRI tentu akan berkonsekuensi kepada penambahan SDM dan juga biaya.
“Hal ini perlu menjadi perhatian Kemenlu. KBRI merupakan etalase Indonesia di luar negeri, tentu perlu terus ditingkatkan kualitasnya layanannya,” jelas Anggota DPR RI asal Yogyakarta ini. (Aza)