Indonesiainside.id, Jakarta – Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tengah mengkaji tentang salam lintas agama. Pengkajian ini dilakukan setelah MUI Jawa Timur (Jatim) mengeluarkan taushiyah terkait larangan salam lintas agama.
Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori optimistis materi taushiyah MUI Jatim akan digunakan sebagai rujukan oleh Komisi Fatwa MUI Pusat. Dalam maklumat tersebut ada delapan poin taushiyah yang disampaikan.
“Salam seluruh agama itu bukan merupakan wujud toleransi. Salam itu adalah tetap pada salamnya sendiri walaupun berhadapan dengan siapa pun dan lebih bagus ditambah dengan yang netral,” kata kiai Abdusshomad saat ditemui di kantor MUI, Rabu (20/11).
“Misalnya kalau seorang pejabat muslim atau tokoh mengucapkan assalamualaikum selamat pagi itu lebih bagus. Karena salam itu mengandung makna dalam pandangan aqidah Islam,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, taushiyah yang dikeluarkan MUI Jatim bersifat imbauan, meskipun ada pihak yang mendukung dan tidak. Namun, ia yakin akan ada fatwa tentang pengucapan salam ini.
“Nabi sendiri ketika salam disampaikan kepada nonmuslim. Tapi kalimat salamnya adalah salam Nabi, di mana Nabi mengucapkan kepada kaisar-kaisar Salaamun ‘alaa manit taba’al huda,” katanya.
Jadi tidak ada salam yang menjadi salam lintas agama. Kalau ada, itu hanya menurut gerakan pluralisme agama dan itu yang tidak boleh.
Abdusshomad berharap taushiyah ini dapat mengkristal dan dibahas oleh para elite untuk didudukkan masalahnya. Ini juga untuk menjaga keutuhan NKRI.
“Jadi, kalau salam diucapkan (sesuai agama) sendiri (dan dianggap) untuk meruntuhkan semangat kebangsaan, saya rasa enggak begitu,” ujarnya.
Abdusshomad menjelaskan, dalam penyusunan fatwa, Komisi Fatwa MUI Pusat akan dibantu oleh Komisi Pengkajian Hukum dan Perundang-undangan. Selain itu, ada beberapa unsur yang diminta menulis untuk dikaji oleh Komisi Fatwa.
“Kami dari MUI Jatim sudah mempelajari ini. Sebab ini keputusan dari Rakernas NTB bahwa salam itu bukan ranah toleransi, toleransi itu adalah harus ada kesiapan untuk menerima perbedaan,” katanya. (Aza)