Indonesiainside.id, Jakarta – Industri farmasi dan alat kesehatan mendapat perhatian Presiden Jokowi. Hal ini disebabkan karena di Indonesia harga obat terbilang tinggi serta bahan bakunya sebagian besar masih berbasis impor. Hal yang sama juga ditemukan dalam penggunaan alat kesehatan di fasilitas kesehatan di Indonesia.
Menurut Menteri Kesehatan, Terawan, kunci untuk mengurai persoalan tersebut adalah proses perizinan yang mudah dan cepat, bahkan kalau bisa hitungan hari. “Kuncinya adalah diperizinannya, bukan masalah yang lain-lain. Asal izinnya tidak berlarut-larut, kalau bisa sehari selesai disitulah kuncinya,” kata Menkes dalam siaran pers.
Terawan menambahkan bahwa pemerintah telah mengidentifikasi langkah-langkah percepatan yang dilakukan untuk mengendalikan harga obat dan alat kesehatan, salah satunya mendorong investasi serta meningkatkan pemanfaatan alkes sebesar 30% di fasilitas kesehatan pemerintah.
“Kemenkes mendorong investasi industri farmasi melalui upaya-upaya deregulasi peraturan yang menghambat dan usulan insentif perpajakan serta percepatan izin edar farmalkes tanpa mengesampingkan mutu keamanan dan manfaat,” kata Menkes Terawan.
Menurutnya, melalui deregulasi diharapkan lebih efisien dan evektif sehingga bisa memangkas proses perizinan maupun non perizinan industri farmasi dan alat kesehatan, sehingga waktu tempuhnya jauh lebih cepat dan mudah, sehingga proses investasi bisa ditingkatkan. Kalau ini bisa dilakukan, ia percaya harga obat lebih murah.
“Saya ingin iklim investasi lebih simpel, lebih mudah, biar bisa bersaing dipasar. Dengan bersaing dipasar maka pasarlah yang menentukan harga, tidak boleh ada monopoli, dengan adanya persaingan yang sehat, saya yakin harga-harganya turun,” tegasnya. (PS)