Indonesiainside.id, Jakarta – Demi kemudahan pelayanan pasien yang menderita HD (hemodialisis) atau cuci darah, kini para peserta JKN, pemegang kartu Indonesia sehat, bisa melakukan pemeriksaan dengan lebih mudah. Salah satu caranya adalah dengan melakukan teknologi fingerprint yang memindai data pasien HD.
Dengan skema fingerprint, pasien tidak perlu melakukan update rujukan yang biasanya dilakukan selama 3 bulan sekali ke fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). “Peserta JKN, kartu Indonesia Sehat, dilayani dengan baik, untuk kasus-kasus dengan gagal ginjal, hepatitis C dipisahkan secara khusus, alat juga secara khusus, saya yakin standar pelayanannya sangat dijaga di sini,” jelas Fachmi dalam kunjungan ke klinik Hemodialisis Tidore, Jakarta. Senin (13/1).
Lebih lanjut Fachmi mengatakan, peserta JKN yang sakit gagal ginjal dapat mengakses fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS tanpa harus bolak-balik ke FKCT. “Kasus penyakitnya sudah clear yang membutuhkan pelayanan terus menerus di fasilitas kesehatan tindak lanjut. Namun ada syarat, direkam dulu finger print nya, dengan adanya rekaman ini memastikan dan memudahkan mereka bahwa mereka adalah peserta. Kemudian memudahkan simplifikasi yang kaitannya dengan prosedur administrasi. Jadi kami ingin memastikan itu berjalan,” jelasnya.
Untuk teknologi fingerprint ini, Fachmi menjelaskan jika rumah sakit dan klinik semuanya sudah bekerja sama. “Jadi intinya peserta menuju 1 Januari ini setiap kali datang kita sudah ada komitmen semua berkomitmen akan ada finger print nya kemudian setiap kali datang langsung direkam, sehingga mereka tidak perlu lagi balik ke puskesmas, mereka bisa datang ke sini tanpa perlu lagi bawa surat rujukan, komitmennya itu,” jelas Fachmi.
Sejauh ini, sudah ada 772 fasilitas kesehatan yang melayani HD, 715 itu rumah sakit, 47 klinik. Salah satunya adalah klinik hemodialisis Tidore di Jakarta Pusat. (PS)