Indonesiainside.id, Jakarta – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong mitigasi penyebaran virus corona dari satwa liar. Virus mematikan yang ditemukan di Cina ini merupakan jenis baru dan dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia serta antarmanusia.
Menurut dia, mitigasi tersebut diperlukan untuk mengantisipasi zoonosis, yakni penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia. Adapun hewan yang berpotensi membawa virus ini adalah tikus, kelelawar, celurut, monyet, dan karnivora.
“Hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, karnivora dan kelompok primata seperti monyet,” ujar Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (24/1).
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan seperti pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Coronavirus adalah single stranded RNA (ssRNA) virus yang umum ditemukan pada berbagai hewan yang berkeliaran di atas tanah seperti mamalia, burung dan reptil.
Beberapa jenis coronavirus dikenal dapat menyebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas maupun bawah pada manusia. Di antaranya adalah Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus (SARS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Tiongkok pada tahun 2002.
Kemudian, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Arab Saudi pada tahun 2012. Yang terakhir adalah virus corona yang diidentifikasi Organisasi Kesehatan Dunia dengan nama novel Coronavirus (2019-nCoV) yang laporan gejala awalnya terjadi di Wuhan, Tiongkok, 31 Desember 2019.
Peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Taufiq P Nugraha menuturkan para ilmuwan menduga kemunculan
penyakit zoonosis baru (new emerging infectious diseases) seperti kasus virus corona di Cina baru-baru ini merupakan hasil tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dengan manusia.
Jika berkaca pada kasus ebola di Afrika, deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya dan ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar, sehingga keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru.
Terhadap kasus virus corona di Cina itu, Taufiq menuturkan kemungkinan orang yang berinteraksi langsung di pasar hewan di Wuhan,Tiongkok, adalah yang pertama terkena penyakit infeksi tersebut.
“Interaksi langsung tersebut dapat melalui makanan maupun dalam proses pengolahan hewannya, baik hewan perantara maupun yang merupakan perantara alaminya,” ujarnya. (Aza/Ant)