Indonesiainside.id, Jakarta – Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius menilai jumlah warga negara Indonesia (WNI) hingga 600 orang pernah terlibat ISIS masih kecil dibandingkan dengan Belgia dan Australia.
Dia juga mengklaim BNPT dan Detasemen Khusus (Densus) 88 berhasil mendeteksi dan menggagalkan keberangkatan WNI ke Timur Tengah untuk menjadi simpatisan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Upaya deteksi itu melibatkan juga Direktorat Imigrasi dan Kemenko Polhukam.
“Jadi kalau 500-600-an dari populasi kita itu masih kecil sebenarnya. Bayangkan saja, Belgia itu 200, Australia 200. Kita cuma segitu, jadi masih dalam kontrol kitalah,” kata Suhardi di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (7/2).
Diketahui, pada 2020 ini, jumlah penduduk Australia tercatat sekitar 25 juta, sedangkan Belgia sebanyak 11 juta lebih. Dibandingkan dengan populasi Indonesia, berbanding jauh sebanyak 268 juta lebih (data 2019).
Menurut dia, BNPT bersama Densus 88 pernah mendeteksi Rudi Zeke dan Ulfa Handayani yang ingin ke Suria. Namun, keduanya berhasil dipulangkan ke Indonesia untuk mengikuti program deradikalisasi di Bambu Apus, Jakarta Timur. Mereka disebut tergolong orang yang dideportasi.
“Saya dengan Bu Khofifah (sebagai mensos) saat itu ke Bambu Apus. Saya libatkan ustaz-ustaz dari Muhammadiyah dari NU, dari psikolog termasuk konsultan anak, cuma satu bulan, kemudian kita kembalikan ke daerah,” tuturnya.
Suhardi menjelaskan, kesulitan mengembalikan para deportan ke daerah adalah ketidaksamaan langkah pemerintah daerah dalam melakukan penanganan kepada para WNI tersebut. Efektivitas program deradikalisasi tergantung bantuan dari beberapa lembaga dan kementerian.
“Kami BNPT tak bisa sendirian, tapi beberapa langkah BNPT itu justeru menjadi acuan bagi dunia,” ujarnya.
Sedangkan ukuran keberhasilan program deradikalisasi, salah satunya dinilai dari ukuran statistik warga yang menjalani program tersebut. “Sekarang kalau ukurannya statistik, misalnya, dari 700-an ada empat orang yang mengulangi perbuatannya, itu ukurannya berhasil atau tidak?” tanyanya.
Dia menyebutkan, sebaran teroris saat ini ada di 107 Lapas di seluruh Indonesia, termasuk di Nusakambangan dan Gunung Sindur. Maka itu, diperlukan langkah bersama antara BNPT, ulama, dan masyarakat dalam menjalankan program deradikalisasi.
“Karena tadi, ini program sukarela, nggak bisa kita paksakan. Mudah-mudahan mencerahkan, tapi kami butuh koreksi dan bantuan,” katanya. (Aza)