Indonesiainside.id, Jakarta – Fenomena menyerupai Cross Equatorial Northerly Surge (CENS) dari Laut Cina Selatan ke Teluk Jakarta menjadi penyebab hujan deras di wilayah Jabodetabek, Selasa dini hari (25/2).
Fenomena CENS yang berasal dari Laut Cina Selatan ini masuk ke Selat Karimata hingga ke Teluk Jakarta. Massa udara dingin dari CENS kemudian mengalami konvergensi dengan massa udara daratan dari Jakarta yang terjadi malam hari.
Kepala Balai Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto menjelaskan, CENS menyebabkan proses pembentukan awan Cumulonimbus terjadi lebih cepat di Teluk Jakarta. Menurut dia, Siklon Ferdinand dan Esther berkontribusi terjadinya fenomena ini.
“Akibatnya hujan kerap terjadi pada malam hingga dinihari atau dikenal sebagai fenomena Nighttime-Morning Precipitation,” katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (25/2).
Menurut Tri Handoko Seto, wilayah Jabodetabek saat ini berada pada wilayah konvergensi massa udara sehingga menyebabkan peningkatan massa udara basah yang memicu terjadinya hujan lebat.
Dari hasil analisa dan pengamatan cuaca, pertumbuhan awan-awan hujan yang terjadi di wilayah Jabodetabek sebagian besar terjadi pada malam hingga dini hari.
Awan-awan mulai tumbuh secara masif pada malam hari dan terjadi hujan lebat pada malam hingga dini hari bahkan sampai dengan pagi hari. Awan-awan seperti ini di luar jangkauan kemampuan armada Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) yang ada saat ini.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memprediksi hujan lebat terjadi di wilayah Jabodetabek pada 23 hingga 25 Februari 2020. Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti angin kencang, genangan, banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin. (Aza/Ant)