Indonesiainside.id, Ciputat – Pandemi virus corona yang terjadi di berbagai daerah benar-benar memukul ekonomi masyarakat, khususnya bagi beberapa pedagang kaki lima. Omzet penjualan bahkan turun drastis hingga 60 persen akibat isu virus ini.
“Bukan hanya separoh tapi ini lebih, hingga 60 persen jualan turun setelah ramai wabah ini diumumkan,” ujar Sahlan (24), pedagang Martabak Suka Hati di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu(18/3).
Menurutnya, omzet penjualan turun dikarenakan orang-orang mengurangi aktivitas di luar rumah. Mereka membatasi diri di dalam rumahnya sendiri dan hanya keluar jika membutuhkan hal yang penting saja.
“Lihat saja jalanan yang biasanya macet tapi jadi lebih lancar begitu,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, pembeli juga lebih berhati-hati memakan makanan di luar karena khawatir penularan virus corona. “Ditambah lagi kini harga bahan-bahan naik. Jadi makin susah lah kami ini,” tuturnya.
Jika biasanya jualan mulai habis ashar hingga pukul 00.00 WIB menghasilkan sekitar Rp1,5 jutaan, kini paling banyak membawa pulang sekira Rp600 – 700 ribu. “Semoga cepat selesai wabah ini, susah kalau sampai berkepanjangan,” lanjut pria asal Jawa Tengah ini.
Sementara itu, bagi pedagang susu jahe, virus Corona justru membawa berkah. Menurutnya, jualan susu jahe yang biasanya hingga sampai pukul 23.00 WIB kini bisa pulang lebih cepat.
“Alhamdulillah, cepat banget jualan sekarang. Orang pada berburu susu jahe. Mungkin karena kabarnya dapat melawan virus,” kata Darman, penjual susu jahe di kawasan Pondok Cabe.
Dituturkan oleh pedagang kaki lima yang mangkal di dekat Lapangan Golf Pertamina ini, jika sebelum muncul isu virus corona, dirinya yang biasa mangkal sejak pukul 17.00 WIB dan pulang sekitar pukul 23.00 WIB, seringkali jualannya malah tidak habis.
“Dulu kadang masih ada sisa. Kini sebelum jam 21.00 WIB malam sudah ludes. Padahal bawaan saya lebih banyak. Syukurlah,” ujarnya sambil tersenyum.
Meski diakuinya harga jahe merah kini melambung tinggi, tembus hingga Rp80 ribu per kilogram dan harga gula juga ikutan naik. Namun, karena jualannya laris, dia masih bisa dapat untung.
“Terpaksa harga naik dikit. Dulu Rp5 ribu segelas, kini jadi Rp6 ribu. Tapi Alhamdulillah laris, banyak yang bungkus dibawa pulang,” tutupnya. (EP)