Indonesiainside.id, Banda Aceh – Peneliti Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Profesor Musri Musman, mengatakan kandungan Cannabidiol (CBD) dalam tanaman ganja yang sudah diekstrak menjadi minyak berpotensi menangkal virus corona (Covid-19).
Menurutnya, virus corona masuk ke tubuh manusia mengakibatkan pneumonia atau radang paru-paru. Hal itu mirip dengan kondisi kasus penyakit paru-paru karena infeksi virus tertentu. Berdasarkan penelitian yang ia peroleh, ekstrak zat CBD dalam ganja juga berguna untuk penyakit asma dan herpes.
Ia menyebutkan, jika terserang penyakit paru-paru akan ditandai dengan peradangan karena terjadi penumpukan dan pemecahan sel-sel dalam tubuh atau disebut dengan sitokin. Untuk mencegah itu, jika diberi CBD akan berfungsi sebagai anti peradangan (inflamasi).
“Saya berkesimpulan CBD pada penyakit-penyakit itu bisa melakukan anti inflamasi. Kenapa tidak pada kasus virus corona,” ujar Musri, dilansir dari unsyiah.ac.id, Selasa (24/3).
Peneliti Ganja itu menjelaskan, akibat dari peradangan akan menyebabkan perangsangan antibodi yang berlebihan, dan akan berakibat kegagalan pada organ khusus pada tubuh seseorang. “CBD yang dicoba, ternyata mampu menghentikan pengeluaran antibodi yang berlebihan dari sistem imun. Ini sama dengan kasus corona,” sebut Musri yang merupakan ahli kimia bahan alam itu.
Kata dia, yang terpenting dalam zat yang terkandung dalam ganja ialah adanya CBD. Zat tersebut berada pada ganja di bagian daun, bunga serta buahnya. Menurut dia, kandungan Tetrahydrocannabinol (THC) dalam ganja di Aceh cukup banyak, yakni hampir 30 persen. Tapi, tergantung masa panen dan tanam. Bahkan, bisa lebih rendah.
“Yang masalah cuma THC itu saja. Cannabis THC di Aceh bervariasi dari spesies ganja lain, yang paling banyak di kita jenis sativa, ada sekitar 30 persen, tapi itu tergantung masa sebuntya.
Bukan Diisap
Profesor menyebutkan, cara penggunaan CBD tersebut tidak bisa sembarangan. Kata dia, ganja tersebut harus diekstrak terlebih dahulu, kemudian difraksionasikan untuk memisahkan zat berbahaya THC dengan CBD.
Nantinya, Kandungan CBD tersebut berubah menjadi minyak dan bisa diminum dengan takaran satu sendok makan. Namun, kata Prof Musri, jika terlalu banyak dikonsumsi bisa berbahaya bagi tubuh.
“Yang pentingkan CBD yang perlu kita ekstrak, menurut pengetahuan, itu akan membuktikan prediksi tadi. Itu akan berprotensi untuk menangkal Covid-19 dari kajian ilmiah ini,” ujarnya.
Kendati demikian, Musri juga tidak membenarkan jika penggunaan ganja tersebut dengan cara diisap. Menurutnya, apabila dilakukan seperti itu bisa menyerang saraf otak akibat kandungan THC yang bekerja seperti psikotropika. Sementara, untuk penggunaan CBD jika dikonsumsi maka akan memberikan psikoaktif dan tidak menyebabkan halusinasi.
“Tidak seperti itu (penggunaan diisap). Yang diisap THC, itu langsung ke saraf otak. Dia akan bekerja seperti psikotropika. Kalau CBD itu waktu kita makan, dia tidak bersifat psikotropika tapi psikoaktif dan tidak menyebabkan halusinasi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Profesor Musri mengaku bersedia bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan uji coba terkait ekstrak ganja sebagai penangkal virus corona dari dalam tubuh manusia. “Jika dibutuhkan, tentu kita siap bantu,” katanya. (PS)