Indonesiainside.id, Jakarta – Pernyataan Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, yang terkesan menganggap kematian akibat wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia tak lebih dari sekadar angka-angka, menuai kritik. Pengamat Politik Universitas al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, pun menyayangkan pernyataan semacam itu keluar dari mulut seorang pejabat negara.
“Kalau dalam Islam (ada ayat) mengatakan, ‘jika kita menjaga satu nyawa manusia, itu sama dengan menjaga seluruh kehidupan manusia’. Artinya kan nyawa orang itu tak ternilai, lebih berharga daripada sekadar sederet angka,” kata Ujang kepada Indonesiainside.id, Rabu (15/4).
Dia menuturkan, pernyataan Luhut itu, bisa saja diartikan bahwa pemerintah lepas tangan untuk membiarkan rakyat—bahkan di antaranya para tenaga medis yang telah berjuang keras—terjangkit Covid-19. “Dalam tanda kutip, pemerintah lepas tangan membiarkan rakyat terkena corona, meninggal karena corona. Itu yang bahaya pemikirannya,” ucap dia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, kemarin mengatakan bahwa dia justru bertanya mengapa jumlah pasien yang meninggal karena virus corona (Covid-19) di Indonesia masih 459 orang per 14 Maret 2020. Luhut mengganggap angka kematian tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia sebesar 270 juta jiwa.
“Buat saya juga jadi tanda tanya sih, kenapa jumlah meninggal sampai hari ini, maaf sekali lagi, itu kita angkanya enggak sampai 500 padahal penduduk kita kan 270 juta, infected 4.000-an lebih, katakan kali sepuluh 50 ribu,” ujar Luhut dalam telekonferensinya, Selasa (14/4).
Selain itu, Luhut juga membandingkan jumlah korban Covid-19 di Indonesia dan Amerika. Luhut mengatakan di Amerika korban meninggal lebih banyak meski perbandingan penduduk dengan Indonesia memang berbeda.
“Lha Amerika yang bedanya lebih besar dari kita. Beda penduduk 60 jutaan itu yang meninggal 22.000, yang infected itu hampir 500 ribu. Oke lah kita mungkin kurang testing kit-nya, tapi saya bilang tadi sudah dikali jadi 500.000,” ucap Luhut lagi.
Mengenai komentar Luhut itu, Ujang menilai perbandingannya sangatlah tidak sepadan alias tak apple to apple. “Compare-nya jangan kejauhan. Jangan ke Amerika. Kita compare aja dengan negara-negara Asia Tenggara,” ucap Ujang.
“Bagaimana dengan Malaysia? Kita kalah dengan Malaysia. Jangan jauh-jauh. Kita bandingkan saja dengan negara yang setara dengan Indonesia,” lanjutnya.
Menurut Ujang, pemerintah harus belajar dan mencontoh bagaimana Malaysia, Singapura, dan Vietnam menanggulangi virus corona. Dia menilai tiga negara tersebut yang paling berhasil. “Ini yang sebenarnya harus dibandingkan. Kalau dibandingkan dengan Amerika ya tidak setara. Jauh,” tutur Ujang. (AIJ/Icheiko Ramadhanty)