Indonesiainside.id, Jakarta – Kasus kebocoran data pengguna Tokopedia kembali terulang, kali ini ada 15 juta data pengguna, bahkan menurut sebuah laporan kebocoran yang terjadi mencapai 91 juta data pengguna Tokopedia. Meskipun pihak Tokopedia menyatakan password para pengguna tetap aman, namun kejadian ini menjadi alarm bagi semua pihak.
“Di tengah masa pandemi ini, saya kembali mendorong kepada semuanya, baik pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo dan BSSN, swasta seperti perusahaan-perusahaan yang melakukan pengelolaan data pribadi serta masyarakat sendiri selaku pengguna internet, agar bersama-sama meningkatkan kewaspadaan siber,” kata anggota Komisi I DPR, Sukamta, dalam keterangan yang diterima, Senin (4/5).
Dia mengingatkan bahwa Komisi I pertengahan April lalu mendorong agar pemerintah meningkatkan keamanan dan ketahanan siber di masa pandemi ini, karena penggunaan online meningkat dengan adanya kebijakan PSBB, belajar dan kuliah dari rumah. Analytic Data Advertising (ADA) mencatat ada kenaikan pengunaan internet oleh para adaptive shopper sebesar 300 persen-400 persen pada Maret lalu, juga oleh para Working From Home Professional yang penggunaan internetnya meningkat hingga 400 persen hingga Maret.
“Bulan April kita duga angkanya meningkat lagi, jika melihat PSBB dilakukan lebih masif lagi di daerah-daerah,” ujarnya. Maka, bisa jadi, seperti ini internet sangat-sangat penting. Pada kondisi normal saja internet telah demikian penting, apalagi ketika pandemi seperti sekarang.
“Gangguan pada internet, entah hacking sampai cracking, bisa mengacaukan kehidupan di masyarakat. Bahkan ancaman bisa sampai skala negara jika yang diserang adalah instalasi negara yang menguasai hajat hidup masyarakat yang diprogram dengan internet,” ujar dia.
Komisi I DPR bersama pemerintah, tuturnya, akan serius dalam pembahasan RUU Pelindungan Data yang sudah masuk Prolegnas tahun ini. Komisi I akan mengatur soal kewajiban para pengelola data pribadi, termasuk sanksi bila terjadi pelanggaran data seperti ini.”Kita juga akan atur agar cakupan hukum pelindungan data meliputi tidak hanya surface web, tapi juga deep web termasuk dark web,” katanya.
Kemudian bagi para pengelola data pribadi baik lembaga publik maupun perusahaan swasta, harus dapat memberi jaminan keamanan data penggunanya. Sistem keamanan siber mereka harus selalu diupdate dan menggunakan teknologi terbaik.
Sementara itu bagi masyarakat para pengguna, Sukamta menyarankan agar melakukan penggantian password dan memproteksi akun pribadinya dengan verifikasi dua langkah. Hal ini untuk meminimalisasi pengaksesan secara ilegal atas akun internet.
“Data itu sekarang sangat seperti minyak beberapa dekade lalu, atau seperti berharganya rempah-rempah di nusantara zaman dulu yang konon bisa lebih mahal dari emas. Di dunia digital seperti sekarang, data-data menjadi sangat menggiurkan untuk menambang dollar,” ucapnya.
Prediksi dia, siapa yang sekarang bisa mengkapitalisasi data, akan menjadi penguasa di dunia hingga 10-20 tahun ke depan, sampai ditemukan teknologi yang lebih baru. Karenanya masyarakat mesti aware dengan data pribadi.
“Jangan hanya karena tidak merasakan langsung kerugian akibat penyalahgunaan data, lantas kita tak peduli. Padahal pihak lain yang menambang data kita akan semakin kaya, sementara kita sebagai subjek data tidak mendapatkan profit apa-apa,” ujar wakil rakyat dari Daerah Istimewa Yogyakarta ini.(PS)