Indonesiainside.id, Jakarta – Pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio, memberikan pandangannya mengenai “the new normal” yang sedang digaung-gaungkan dan juga dijajal pemerintah dalam menghadapi wabah virus corona (Covid-19). Dia menuturkan, pemerintah harus mengerti terlebih dulu terhadap kondisi rakyat Indonesia dan juga kondisi negara sebelum istilah itu didengungkan ke publik.
“Jadi jangan cuma kelihatan biar gaya ngajak rakyat menghadapi the new normal. Pemerintah siap dulu, kemudian ngajak rakyat masuk ke hal baru,” kata Hendri kepada Indonesiainside.id, Kamis (21/5).
Hendri pun mengingatkan pemegang kebijakan bahwa Negara Indonesia adalah negara agraris dan maritim, yang mempunyai intensitas aktivitas lebih banyak di luar ruangan. Kondisi itu turut memengaruhi berjalannya kebijakan the new normal.
“Pastikan dulu siap, baru umumkan, jangan kebanyakan testing the water dan berjuang punya citra keren tapi berpotensi berantakan nanti. The new normal itu kan jadi keharusan ya, jadi keniscayaan hidup normal,” ucap dia.
“Makanya sekarang pemerintah menurut saya siapkan dulu (sistemnya). Jangan kemudian sistemnya masih nabrak-nabrak udah teriak-teriak ‘the new normal’,” tuturnya.
Dia menekankan, pemerintah tak perlu sibuk memperkenalkan istilah the new normal di tengah pandemi yang belum terselesaikan di Indonesia. Pasalnya, masih banyak masyarakat di negara ini yang berjuang mati-matian hanya untuk makan sehari.
Hendri pun menggarisbawahi pentingnya pemerintah untuk memikirkan sektor pendidikan, kesehatan, dan peribadatan jika berniat ingin mengambil kebijakan the new normal. Sayangnya, kata dia, pemerintah selama ini cenderung mempunyai kebiasaan yang buruk, yaitu menyampaikan wacana ke publik lebih dulu dibandingkan dengan eksekusinya di lapangan.
“Kebiasaan pemerintah itu adalah baru wacana udah disampaikan ke publik. Jangan (seperti itu). Karena sebagai pejabat, wacana disampaikan ke publik itu membuat rakyat juga mendengarkan dan mempersepsikan itu menjadi kebijakan,” ujar Hendri.
Konsep the new normal adalah perubahan perilaku masyarakat dengan tetap menjalankan aktivitas normal, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Konsep itu disampaikan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita, beberapa waktu lalu.
Menurut Wiku, the new normal bisa diterapkan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Ke depan, the new normal akan mengharuskan masyarakat untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, dan menjalani pola hidup sehat selamanya.
Sementara, beberapa kalangan juga menilai the new normal dapat diartikan bahwa pemerintah akan membiarkan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan virus corona alias Covid-19. Langakah semacam itu diduga untuk membuat herd immunity alias kekebalan komunal di tengah masyarakat.
Dalam konsep herd immunity, masyarakat yang mempunyai sistem kekebalan tubuh baik, tidak akan terkena virus. Sebaliknya, mereka yang rentan akan terpapar virus asal Cina itu bisa terinfeksi dan bahkan meninggal. Ketika 70 persen dari populasi sudah terpapar dan sembuh, kekebalan kelompok dianggap sudah terbentuk. (AIJ)