Indonesiainside.id, Jakarta – Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati, menilai kritikan polikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, kepada Menteri BUMN, Erick Tohir, terkait utang perusahaan plat merah adalah kritikan yang membangun. Terlebih lagi, kritikan itu berasal dari kader partai koalisi pemerintah.
“Saya pikir itu bagian dari mekanisme kritik konstruktif dari kalangan elit internal pemerintah. Demokrasi itu akan terbangun rapi kalau ada kontrol kritik internal juga. Yang jelas kalau ada kritik yang itu membangun, bagus malah,” ucap Wasisto kepada Indonesiainside.id, Selasa (16/6).
Adian Napitupulu memang sempat mengkritik kenaikan utang BUMN. Ia membandingkan utang luar negeri BUMN sebesar Rp5.600 triliun dengan utang luar negeri Malaysia yang hanya setara Rp3.500 triliun. Namun, setelah kritikan itu menjadi perbincangan hangat di ruang publik, Adian dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Negara pada Jumat (12/6).
Pembicaraa Adian dengan Jokowi berlangsung tertutup sekira 1 jam 10 menit. Keduanya berbicara empat mata tanpa didampingi pihak lain. Dua kader PDI Perjuangan itu membahas situasi terkini di Kementerian BUMN. Adian menyoroti soal utang BUMN serta meminta pemerintah memberi perhatian ke UMKM, bukan BUMN.
“Saya pikir itu perbandingan dengan Malaysia itu adalah upaya ‘benchmarking’ yakni meniru contoh bagus dengan kasus serupa di negara lain. Saya kira itu normal-normal saja. Apalagi BUMN Malaysia juga banyak berekspansi ke negara lain. Tidak ada salahnya kita mencontoh hal yang baik,” ucap Wasisto.(EP)