Indonesiainside.id, Jakarta – Wakil Ketua Presidium Penyelamat Partai Berkarya (P3B) Badaruddin Andi Picunang, menegaskan jika Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 11 Juli 2020 tidak untuk melawan keluarga cendana. Menurutnya hal tersebut murni untuk menyelamatkan partai.
“Ini bukan persoalan melawan keluarga cendana atau tidak. Kami melawan ketidakberesan manajemen partai politik yang dijalankan di Berkarya saat ini,” ujar Andi kepada Indonesiainside.id di Jakarta, Minggu (5/7).
Andi menjelaskan munaslub tersebut terjadi karena diminta para pengurus baik di pusat maupun di provinsi, kabupaten/kota, sesuai dengan AD/ART Partai Berkarya. Dia mengungkapkan sejak Rapimnas III pada Maret 2018 kemudian Pemilu 2019 hingga hari ini, belum ada rapat evaluasi di tingkat DPP maupun arahan-arahan atau aturan-aturan turunan dari AD/ART untuk dijadikan panduan pelaksanaan operasional dari partai itu.
“Maksud tujuan dari munaslub ini adalah evaluasi total, baik perubahan AD/ART, perbaikan struktur, tupoksi dari pengurus pusat hingga daerah dan akan menghasilkan rekomendasi internal maupun eksternal. Niat baik ini tentu ada yang pro ada yang kontra,” ujarnya.
DPP, kata dia, sebelumnya vakum dan tidak ada aksi-aksi yang ingin membesarkan partai. Justru dikelola secara kelompok dan dikelola di luar sekretariat DPP di Jalan Antasari.
“Sampai hari ini tergembok terkunci kosong tidak ada kegiatan sama sekali. Beliau ini (Priyo Budi Santoso) selalu mengelola, dalam hal ini lagi ramai rekomendasi dikelola lewat mal atau restoran di luar kantor partai. Hal itu dikelola individu atau kelompoknya tanpa melalui mekanisme partai yang harus diputuskan melalui rapat tapi ini tidak pernah terjadi,” kata Andi.
“Itu hanya contoh kecil, belum lagi ada di daerah pemecatan-pemecatan yang tidak sejalan dengan instruksinya,” imbuhnya.
Mantan Sekjen Partai Berkarya itu mengatakan, proses islah sebenarnya sudah dibuka selebar-lebarnya dengan berbagai macam pendekatan baik lisan maupun tertulis. Untuk itu, munaslub kali ini bukanlah perpecahan namun perbaikan.
“Kami menganggap tidak ada perpecahan, ini untuk memperbaiki. Ibaratnya kapal yang bocor kami ingin menambal agar menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Menurut dia, peluang Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) untuk menjadi ketua umum tetap ada, karena semua kembali kepada peserta munaslub. Namun tidak menutup kemungkinan juga, Tommy akan kembali menjadi pimpinan tertinggi partai yaitu ketua dewan pembina.
“Di forum munaslub ini peluang Pak Tommy itu tetap ada, yang kami soroti adalah PBS (Priyo Budi Santoso) selaku sekjen sebagai dapur untuk mengelola partai ini. Tergantung keputusan dari teman-teman peserta munaslub apakah pak tommy tetap dijadikan ketua umum atau didorong kembali menjadi ketua dewan pembina, di mana kekuasannya lebih besar daripada ketua umum,” ujar dia.
Menurut dia, untuk menjalankan partai, selain konseptor perlu eksekutor yang tidak boleh tertutup, komunikasi harus jalan, terbuka, turun ke bawah untuk lebih memperkenalkan supaya partai tersebut disukai masyarakat. Begitu pula di internal supaya perjuangan kebersamaan di partai bisa bersama-sama.
“Kalau yang terpilih di luar Pak Tommy jadi ketua umum, tetap kita merangkul Pak Tommy bersaudara untuk masuk di jajaran yang lebih tinggi dari itu misalnya saja di majelis tinggi, dewan pembina, banyak tempat-tempat yang lebih terhormat untuk itu,” tambahnya.
Andi juga meminta kepada para pendiri, pendahulu, pejuang, pemerhati, pengurus, mantan caleg atau anggota Partai Berkarya untuk bersatu membesarkan partai tersebut. Selain itu, Andi juga berharap dengan adanya munaslub pengelolaan partai itu menjadi terarah.
Selain itu, Partai Berkarya akan tetap akan membawa polapikir trilogi pembangunan Persiden ke-2 Republik Indonesia, H.M. Soeharto.
“Kami ingin membangkitkan Trilogi pembangunan kekinian, maksudnya yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini dengan keamanan terjamin, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan,” pungkas Andi. (Msh)