Indonesiainside.id, Jakarta – Pengamat sosial keagamaan, Fachry Ali, menilai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, tidak mengetahui sejarah pendidikan nasional. Ini menyusul langkah Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) keluar dari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud.
“Pada kasus ini menteri pendidikan benar-benar membuktikan bila dia tidak tahu masa lalu. Bahwa Muhammadiyah dan NU telah melakukan pendidikan rakyat jelata jauh sebelum Indonesia ada. Sementara Sampoerna Foundation dan Tanoto Foudation baru lahir beberapa ‘menit’ lalu. Untuk ukuran masa panjang pengabdian Muhammadiyah dan NU mencerdaskan anak-anak bangsa. Ini ironi orang tak mengerti masa lalu. Saya perintahkan Menteri Pendidikan belajar sejarah,” ucap Fachry di Jakarta, Jumat (24/7).
Sementara, pengamat politik dan dosen pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ma’mun Murod, menilai dalam POP Kemendikbud tidak menerapkan azas proporsionalitas yang tepat. Ada lembaga yang mengelola satu lembaga pendidikan tapi mendapat proyek gaja, tapi lembaga pendidikan NU dan Muhammadiyah malah diabaikan.
“Padahal dua ormas itu mengelola ratusan ribu lembaga pendidikan sejak lebih dari seabad silam. Apalagi selama ini pendidikan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama terbukti tidak profit oriented. Bagi Muhammadiyah misalnya, memberikan pendidikan kepada rakyat tanpa terkecuali adalah kewajiban dan tujuan ormas ini didirikan,” ucap Ma’mun.
“Jadi, kebijakan adanya POP membuat kader NU, Muhammadiyah, serta ormas Islam lainnya tersinggung. menteri Nadiem harus tahu ini dan biar dia memahami bahwa sejarah itu penting,” imbuh dia. (Msh)