Indonesiainside.id, Jakarta – Sebanyak 43 kabupaten dan kota di Indonesia dilaporkan sama sekali tidak tersentuh Covid-19 hingga saat ini. Fakta lain, data yang dikumpulkan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 juga menunjukkan sebanyak 66,3 persen atau 341 kabupaten/kota di Indonesia yang mencatatkan kasus kurang dari 100 kasus.
“Jadi ternyata ketika kita telaah lebih dalam lagi, masih ada 8,4 persen atau sekitar 43 kabupaten/kota di Indonesia ini tidak tercatat kasus Covid-19. Masih nol,” kata anggota Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Senin (27/7).
Berikut persentase jumlah penyebaran kasus berdasarkan daerah di Tanah Air:
- 43 kabupaten dan kota di Indonesia tidak tersentuh Covid-19 (nol kasus)
- 341 kabupaten/ kota atau 66,3 persen mencatat kasus Covid-19 di bawah 100 oeang (per daerah)
- 112 kabupaten/kota atau 21 persen mencatatkan angka kasus antara 101 -1.000.
- 3,5 persen dari total kabupaten/kota di Indonesia, atau 18 kabupaten/kota, mencatatkan jumlah kasus di atas 1.000
“Ini yang harus lebih kita konsentrasikan. Jadi hanya 3,5 persen atau 18 kabupaten/kota saja yang kasusnya itu banyak sekali. Jadi kita melihat ada kisaran yang begitu luas di Indonesia, satu tempat dengan tempat yang lain, dan enggak bisa kita samakan,” kata Dewi.
Sementara itu, terkait jumlah angka kematian per 100 ribu penduduk, Dewi mencatat ada 238 kabupaten/kota di Indonesia, atau sekitar 46 persen, tidak mencatatkan angka kematian akibat Covid-19. “Jadi hampir setengahnya, 46 persen,” katanya.
Satgas Covid-19 juga mencatat persentase angka kematian per daerah, sebagai berikut:
- 78 kabupaten/kota mencatat 1 kematian akibat Covid-19
- 26,65 persen dari total kabupaten/kota di Indonesia mencatat angka kematian sekitar 2-10 orang akibat Covid-19
- 11,88 persen kabupaten/kota mencatat angka kematian sekitar di atas 10 (kurang dari 100) sampai dengan yang tettinggi.
“Kota Surabaya mencatat dengan 803 kematian. Jadi lagi-lagi kita harus melihat Indonesia yang lebih luas, bahwa ternyata ada perbedaan. Dan karena ada perbedaan tiap wilayah inilah kita membuat ada namanya zonasi risiko daerah. Karena risikonya macam-macam,” kata Dewi Nur Aisyah. (Aza/Ant)