Indonesiainside.id, Jakarta – Banyak peristiwa penting terjadi di bulan Muharam. Selain bulan yang istimewa untuk para nabi, Muharam juga menjadi simbol persatuan antara Anshar dan Muhajirin. Karena pada saat itulah dua kelompok pengikut nabi Muhammad SAW dipertemukan dan dipersatukan.
“Di bulan Muharam, kaum Muhajirin disambut hangat oleh Anshar di Kota Madinah. Di sini kemudian sejarah Islam mulai bersinar, pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW,” ujar Sekretaris Forum Komunikasi Santriwati (FKS) Nusantara, Ustazah Anik Muamaroh, Kamis (20/8).
Alumni Pondok Pesantren Alhikmah Benda itu memaparkan, pada saat hijrah kaum Muhajirin tidak membawa harta benda hanya perbekalan secukupnya. Namun atas semangat persaudaraan Anshar, Muhajirin mendapatkan makanan, pakaian hingga tempat tinggal.
“Saat itu kaum Muhajirin meninggalkan harta benda di Makkah. Mereka ikhlas ridha, jihad fisabilillah bersama Rasulullah SAW. Allah SWT kemudian membalas mereka, melalui kemurahan hati kaum Anshar,” jelasnya.
Dia menjelaskan, pengorbanan kaum Anshar kemudian diabadikan di dalam Al-Quran, surat al-Hasyr ayat 9. “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).”
Menurutnya, rakyat Indonesia yang saat ini sedang menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, harus belajar dari peristiwa hijrahnya nabi Muhammad SAW ke Madinah. Saat itu umat menunjukkan persatuan dan kesatuan untuk bangkit bersama-sama, baik dari segi ekonomi, sosial maupun politik.
“Sebenarnya Rasulullah SAW sudah memberikan contoh bagaimana umat saling bahu membahu dan menolong untuk bisa bangkit. Yang berlebih sisihkan untuk yang sedang membutuhkan. Minimal jika ada tetangga atau teman yang berjualan kita beli, karena itu sangat membantu,” tuturnya.
Dia juga berharap agar para santriwati di Indonesia ikut berperan aktif mengatasi pandemi. Mulai dari diri sendiri, mencontohkan yang baik hingga akhirnya ditiru oleh masyarakat.
“Santriwati wajib patuh protokol kesehatan minimal mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker. Beri contoh yang baik karena santri dan santriwati cerminan generasi Islam. Jika ada rezeki lebih, sisihkan untuk masyarakat yang membutuhkan,” pungkasnya. (Msh)