Indonesiainside.id, Jakarta – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo ke Indonesia pekan depan. Indonesia menjadi salah satu dari empat negara tujuan Pompeo dalam perjalanan pada 25-30 Oktober, dan satu-satunya negara yang dikunjungi di Asia Tenggara.
Pengamat menilai kunjungan ini bagian dari upaya mendapatkan dukungan dalam menghadapi peningkatan pengaruh China di kawasan Asia. “Pasti nanti akan mencari dukungan, karena posisi Indonesia yang diperhitungkan sebagai kekuatan menengah,” kata Sukawarsini Djelantik, peneliti di Parahyangan Centre for International Studies (PACIS), dilansir BBC News, Jumat(23/10).
Sukawarsini mengatakan, AS melihat Indonesia sebagai satu kekuatan besar di ASEAN yang sangat penting untuk didekati, khususnya dalam menyikapi konflik di Laut China Selatan.
Negara lainnya yang akan dikunjungi ialah India, Sri Lanka, dan Maladewa.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan kunjungan Menlu Pompeo mencerminkan komitmen kuat Indonesia untuk membangun kemitraan dengan AS.
Informasi tentang rencana kunjungan Menlu Pompeo yang dipampang di situs daring Kementerian Luar Negeri AS berkali-kali menyebut istilah ‘Indo-Pasifik’. Dalam penjelasan tentang kunjungannya ke Indonesia, disebutkan “Menteri akan pergi ke Jakarta untuk menyampaikan pernyataan publik dan bertemu dengan sejawatnya di Indonesia untuk meneguhkan visi kedua negara akan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”
Istilah ‘Indo-Pasifik’ menggambarkan visi geopolitik baru Presiden AS Donald Trump untuk Asia, yang menekankan kebangkitan India di hadapan meningkatnya pengaruh China.
Amerika berusaha mendapatkan dukungan dari negara-negara di kawasan tersebut – yang mencakup Asia Tenggara, Asia Timur, dan India – untuk memperkuat posisinya.
“Kelihatannya Amerika, kalau saya baca dari beberapa aktivitasnya, memang mencoba untuk mencari pengaruh khususnya dalam konflik di laut China selatan. Ini penting sekali untuk stabilitas kawasan,” katanya.
AS melihat China bertindak semakin agresif di Laut China Selatan – antara lain dengan membangun pulau-pulau buatan dan pangkalan militer – dan menganggapnya sebagai ancaman.
Kapal patroli China aktif mengawal kapal-kapal ikannya di Laut China Selatan, dan beberapa kali dituding masuk ke wilayah Indonesia.
Dalam konteks visi ini, Indonesia memegang peran penting sebagai kekuatan besar di ASEAN sekaligus menjadi satu-satunya negara besar di Asia Tenggara yang belum ‘dipegang’ AS.
“Saya melihatnya begini: Filipina sudah ‘dipegang’ oleh Amerika, mitra terkuatnya di Asia Tenggara; Singapura, Malaysia juga sudah ada pangkalan militer Amerika di sana, sudah ‘jinak’ lah. Lalu negara-negara lain yang di Asia Tenggara daratan itu nggak penting lah dalam kontes Indo-Pasifik,” ujar Sukawarsini.
“Indonesia agak sulit buat Amerika karena memegang [prinsip] politik bebas aktif. Karena posisinya seperti ini, jadi perlu diplomasi khusus,” imbuhnya.
AS telah berkali-kali menyebut tindakan China di wilayah Laut China Selatan yang dipersengketakan “melanggar hukum”.(EP/BBC)