Indonesiainside.id, Jakarta – Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) menyatakan jika dalam sepekan ke depan angka kasus positif tak kunjung turun maka bisa dipastikan seluruh rumah sakit di Pulau Jawa dan Bali kolaps. Itu artinya tak bisa menerima pasien baru dan melayani dengan optimal.
“Saat ini rumah sakit di Pulau Jawa dan Bali dalam kondisi nyaris kolaps.” kata Sekjen Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Lia Gardenia Partakusuma, dilansir BBC Indonesia, Selasa(26/1).
Pemerintah harus berani mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara nasional guna menahan laju penularan Covid-19. Hal itu sekaligus merelaksasi tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit yang kondisinya penuh.
Bukan malah bersikukuh memperpanjang PPKM karena harus menyeimbangkan antara kesehatan masyarakat dan perekonomian.
Seperti diketahui, hingga Minggu (24/01) total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 989.262 kasus. Lonjakan mulai terasa sejak Januari lalu, di mana penambahan kasus positif harian rata-rata di atas 10.000.
Itu ditandai dengan ‘cukup banyaknya’ kasus pasien Covid-19 dengan kondisi sakit sedang dan berat meninggal di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) lantaran tidak bisa dirawat dengan pelayanan yang optimal di kamar ICU.
“Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah itu sulit sekali, kita temui sejumlah rumah sakit sudah 100% hunian untuk ICU dan ruang isolasi. Kalau enggak ditambah belakangan ini, maka sudah penuh,” katanya.
“Jadi cukup banyak pasien ditempatkan di IGD dengan fasilitas seadanya akhirnya sampai meninggal di IGD. Itu yang kasihan. Kita hanya bisa menampung sementara fasilitas yang dibutuhkan tak ada,” sambungnya.
“Itu membuat stres rumah sakit, kami tak bisa memberikan pelayanan terbaik.”tegasnya.
Yang ia khawatirkan, jika angka kasus positif Covid-19 tidak kunjung turun dalam sepekan mendatang maka rumah sakit di Indonesia dipastikan kolaps.
Itu artinya, rumah sakit tidak dapat menerima pasien baru dan memberikan pelayanan dengan semestinya.
Pasalnya okupansi atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit di kota-kota besar sudah melampaui standar yakni antara 70%-80%. Sementara di daerah-daerah mencapai 90%-100%.
“Seperti di Tangerang Selatan itu sudah 100% okupansinya. Beberapa rumah sakit di Jawa Barat juga penuh, di Jawa Tengah juga penuh. Jadi kami terpaksa mengkonversi, yang tadinya buat pasien biasa jadinya untuk isolasi. Banyak rumah sakit yang melakukan itu.” ujarnya.
“Ini kan tidak sehat ya, kasihan pasien bukan Covid jadinya mereka dinomorduakan.” tambahnya lagi.
Untuk mengakali kenaikan jumlah tempat tidur sejumlah rumah sakit, kata Lia, mendirikan tenda, memakai gedung Sekolah Calon Perwira TNI (Secapa), hingga menggunakan gerbong kereta api sebagai tempat tidur pasien Covid-19.(EP/BBC)