Indonesiainside.id, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai tuduhan keji Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) kepada tokoh muslim Indonesia Prof Din Syamsuddin merupakan bentuk Islamophobia di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Ini juga merupakan upaya memecah belah umat.
“Tidak berlebihan untuk menyebut bahwa spirit Islamopobia sebetulnya sudah muncul dimana-mana dan berkembang antara lain di Indonesia. Dengan dalih radikalisme, ada kemungkinan spirit Islamofobia ini ditebar,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim, Jumat(12/2).
Ia menilai, tuduhan radikalisme yang ditujukan kepada Din Syamsuddin berpotensi kuat menumbuhkan spirit Islamofobia dan tidak menutup kemungkinan setelah Din Syamsuddin, tokoh atau ulama kritis lainnya akan dikenakan tuduhan yang sama oleh kelompok-kelompok Islamofobia ini.
“Oleh karena itu, diperlukan sikap yang adil dari pemerintah,” tegasnya.
Ditambahkannya, tuduhan radikal kepada Din tersebut akan sangat menyinggung perasaan para ulama dunia dan tentu akan merugikan kepentingan bangsa.
“Ini menyinggung perasaan ulama dunia dan merugikan bangsa,” tegasnya.
Dia juga meminta kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan pihak Kementerian Agama untuk mengkaji secara seksama, kritis dan adil terhadap laporan dan tuduhan tersebut. Langkah profesional dalam menangani laporan sangat dibutuhkan.
“Jangan sampai salah mengambil langkah dan kesimpulan karena jelas akan merugikan dan membawa dampak negatif. Atas langkah positif ini, saya menyampaikan apresiasi,” katanya.
Dia juga meminta kepada pihak manapun untuk mewaspadai kemungkinan adanya gerakan sistematik dari manapun terkait dengan isu radikalisme yang tujuannya adalah untuk mendiskreditkan tokoh, ulama , umat dan bahkan Islam.
“Ini merupakan bagian dari upaya memecah belah antar elemen bangsa.” katanya.(EP)