Indonesiainside.id, Jakarta – Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia telah tembus 1,22 juta. Dari angka itu 1,03 juta di antaranya sembuh dan sebanyak 33.183 orang meninggal dunia.
Jumlah ini menempatkan Indonesia berada di posisi pertama tingkat kematian akibat pagebluk ini. Hal itu dikonfirmasi oleh laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) per 15 Februari 2021. Disebutkan angka kematian yang dipicu Covid-19 di Indonesia menempati peringkat satu di Asia Tenggara.

Persentase kematian dari total kasus Covid-19 mencapai 2,72%. Kematian kumulatif selama pandemi sebanyak 32.936 dari total 1.210.703 kasus positif Covid-19, seperti dilansir BBC News Indonesia, Selasa(16/2).
Persentase angka kematian yang dipicu Covid-19 di Asia Tenggara diolah dari situs Badan Kesehatan Dunia WHO per 15 Februari 2021
Jumlah kematian di Indonesia ini berada di atas Myanmar, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam dan Bangladesh. Sementara di kawasan Asia, jumlah kematian yang dipicu Covid-19 Indonesia menempati posisi ke-5 di bawah Yaman, Afghanistan, Iran, dan China.
Pemerintah Indonesia bukan tinggal diam, sejumlah kebijakan telah dilakukan untuk mencegah meluasnya pandemi dan menurunkan angka kematian. Terakhir adalah penetapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang telah diperpanjang dua pekan, dan berakhir 8 Februari 2021.
Pemerintah menerapkan PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat skala mikro yang melibatkan ribuan relawan sebagai pelacak kontak di tingkat desa. Bahkan juga melibatkan aparat TNI Polri untuk melakukan tracing atau pelacakan kasus Covid-19.
Tingginya angka kematian membuat permintaan peti jenazah pun meningkat pesat.
BBC News Indonesia yang mewawancarai salah satu pengusaha furnitur pembuatan peti jenazah khusus Covid-19 di Tangerang Selatan, Banten, mendapati permintaan yang melonjak hingga awal tahun ini.
Fans Henrik, salah satu bos di pabrik Eternity Funeral Service, mengakui produksi peti mati belakangan ini sudah “kayak martabak. Bikin. Jadi. Angkat.”
Frans mengatakan pesanan naik hingga 5 kali lipat dibandingkan sejak awal pandemi. Biasanya sehari memproduksi 30 peti mati, sekarang bisa mencapai 150 unit. “Kemungkinan, akan menambah jumlah pekerja.” ujarnya.
“Bahkan kami mau menerapkan 24 jam, 3 shift. Kalau memang sampai ke 10.000 (per bulan),” kata Bos produsen peti jenazah, kargo jenazah dan layanan kedukaan, Eternity Funeral Service ini.
Saat ini pemerintah daerah yang sudah memesan secara tetap peti mati dari perusahaan ini antara lain Jakarta, Tangerang, Karawang, dan Depok, sedangkan Bogor sedang dalam proses penawaran. Hari itu, perusahaan ini juga mendapat pesanan ratusan peti mati untuk dikirim ke Timika, Papua.

Frans melanjutkan bisnis ini seperti “dua sisi mata uang”, di mana “tetap ambil untung” tapi juga membantu kebutuhan pemerintah untuk pengadaan peti mati khusus Covid-19.
Kata dia, pesanan yang diproduksi Januari 2021 kemungkinan baru akan dibayar pemda sekitar bulan Maret. “Intinya kami talangin. Mungkin dari situ kita lihat sisi kemanusiaannya kita bantu talangin, bayarnya juga mundur. Kalau kita bisa bantu semaksimal mungkin, kita bantu. Ini tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Eternity merupakan divisi bisnis dari pabrik furniture milik Lie Amin yang mulai dirintis pada awal pandemi.
Amin mengaku tak pernah merencanakan membuka divisi untuk memproduksi peti mati. Pembukaan divisi usaha menyusul kematian adik ipar dan seorang besan karena Covid-19. Ia yang mengurus pemulasaran saat itu kesulitan mendapatkan peti jenazah.
“Cari peti, tunggu dua jam, tidak ada peti,” kata Amin mengenang kala itu.
Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya ia memutuskan untuk membeli peti dan segera mengirim jenazah. “Saya marah dan sedih karena dua keluarga dalam sebulan meninggal,” kata Amin.
Sehari kemudian, pihak covid center menelponnya, dan mengatakan pihaknya meminta maaf karena kehabisan peti jenazah. Dari sini, Amin kemudian mulai mendapat permintaan untuk membuat peti jenazah.
“Saya pengusaha furniture sudah 25 tahun. Saya mengerti bagaimana membuat peti yang lebih efisien, dan lebih cepat dengan mesin yang kita ada. Saya sedih sekali, saya tidak senang melihat masyarakat Indonesia begitu banyak korban”.
“Saya tidak suka cita dalam kematian orang ini dan bisnis ini laris. Karena kita pabrik furniture, kita income dari furniture, ini adalah buka line, buka produksi baru untuk membantu,” kata Amin.(EP/BBC)
Baca artikel aslinya di sini