Indonesiainside.id, Jakarta – Wacana mengenai paham radikalisme dan terorisme kembali mengemuka. Kondisi ini justru menyulut kontroversi karena mulai mengarah ke wacana tuduh menuduh dan saling curiga.
Namun, satu hal yang pasti bahwa pintu masuk terorisme adalah pengembangan paham-paham keagamaan yang intoleran, memonopoli kebenaran, dan menghalalkan tindak kekerasan. Kelompok seperti ini juga ada dalam agama lain di luar Islam.
“Pintu masuk terorisme adalah pengembangan paham-paham keagamaan yang intoleran, memonopoli kebenaran, menghalalkan tindak kekerasan. Paham-paham ini ada bukan hanya di kelompok Islam saja tetapi juga di agama lain,” kata Wakil Ketua Umum DPP PPP Arsul Sani kepada ANTARA, di Jakarta, Selasa (30/3).
Arsul mencontohkan, negara Sri Lanka atau Myanmar, juga ada kelompok orang yang bukan beragama Islam melakukan tindakan yang masuk dalam kategori terorisme. Soal tuduhan selain kepada kelompok tersebut, Arsul Sani mengatakan, bukan kapasitasnya dalam memberikan penilaian.
Menurut dia, partai politik seperti PPP sebaiknya tidak perlu ikut-ikutan berpendapat layaknya ulama atau orang yang ahli. Diketahui, masalah ini kembali muncul pascaledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Sayangnya, ada tokoh tertentu yang secara provokatif memancing suasana keruh padahal seharusnya seluruh bangsa bersatu memerangi tindakan kekerasan dan kebiadaban tersebut. (Aza/Ant)