Indonesiainside.id, Jakarta – Tentara Nasional Indonesia mengatakan KRI Nanggala-402 diduga mengalami keretakan yang besar, sehingga memicu sejumlah komponen kapal selam tersebut lepas.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan keretakan diduga terjadi akibat tekanan air pada kedalaman 850 meter, di titik kapal selam tersebut berada.
Tim pencari telah menemukan sejumlah serpihan dan komponen kapal selam berupa pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, pelumas periskop kapal selam, serta alas yang biasa dipakai ABK untuk beribadah.
“Barang-barang ini tidak akan terangkat keluar kapal apabila tidak ada tekanan atau terjadi keretakan di ujung torpedo,” kata Yudo melalui konferensi pers virtual, Sabtu.
TNI telah menyatakan KRI Nanggala-402 tenggelam dan meningkatkan status pencarian dari fase submiss menjadi subsunk.
Sebanyak 20 kapal dan lima pesawat dikerahkan untuk mencari kapal selam ini, termasuk kapal HMAS Ballarat milik Australia dan pesawat P-8 Poseidon milik Amerika Serikat.
Yudo mengatakan prosedur evakuasi 53 ABK di KRI Nanggala akan segera disiapkan, meski memiliki kesulitan yang tinggi karena berada pada kedalaman tersebut.
“Dengan kesulitan ini kita tetap jalankan untuk melaksanakan prosedur pengangkatan maupun evakuasi berikutnya,” ujar dia.
Dia juga menuturkan stok oksigen (live support) yang tersedia di KRI ini telah mencapai batas akhir selama 72 jam pada Sabtu dini hari apabila kapal dalam kondisi blackout.
Sedangkan apabila listrik di kapal tersebut masih menyala, maka oksigen dapat bertahan hingga lima hari.
KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan Bali pada Rabu dini hari ketika latihan penembakan torpedo.
Kapal selam ini dibuat di Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) Jerman pada 1977 dan bergabung dengan TNI Angkatan Laut pada 1981. (Aza/AA)