Indonesiainside.id, Jakarta – Sebanyak 53 personel gugur dalam insiden KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali. Kondisi KRI Nanggala-402 yang karam pada kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut terbelah menjadi tiga bagian.
Tiga bagian yang terbelah yaitu bagian yang terlepas dari badan utama kapal selam, badan utama kapal, dan bagian belakang kapal yang tidak berbadan tekan. “KRI Nanggala-402 terbelah tiga bagian tadi disampaikan panglima TNI,” kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Yudo Margono, dalam jumpa pers di Base Ops Pangkalan Udara TNI AU I Gusti Ngurah Rai, Bali, Ahad (25/4).
KRI Nanggala-402 yang tenggelam dipastikan bukan karena terjadi human error (kesalahan manusia). Hal ini dipastikan karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang benar. Mulai laporan pengalaman, kemudian terdengar dari penjejak melaksanakan peran-peran, seperti peran persiapan kapal bertempur, kemudian peran menyelam dan sebagainya.
Saat menyelam juga diketahui lampu kapal masih menyala semua. Hal ini berarti tidak terjadi blackout, namun saat menyelam, kontak dari kapal langsung hilang dan nantinya akan diinvestigasi. Untuk proses investigasi akan dilakukan setelah proses pengangkatan KRI Nanggala-402 selesai dilakukan.
“Saya berkeyakinan ini (tenggelamnya KRI Nanggala) bukan karena human error tapi lebih pada faktor alam,” kata Laksamana TNI Yudo Margono.
Kasal mengatakan, pada 2012, KRI Nanggala overhaul di Korea, setelah dilaksanakan tingkat perbaikan di Indonesia. Sebelumnya KRI Nanggala juga sudah sempat berlayar dan latihan pada 12 April 2021 melaksanakan latihan penembakan torpedo.
“Sehingga sudah dinyatakan bahwa kapal ini layak untuk melaksanakan berlayar dan bertempur sehingga kami proyeksikan untuk melaksanakan latihan penembakan torpedo kepala latihan maupun kepala perang,” katanya.
Tim pencari berhasil mendeteksi beberapa bagian kapal, di antaranya kemudi vertikal belakang, jangkar, kemudi selam timbul, baju keselamatan awak kapal jenis MK11. Hasil deteksi itu diperoleh setelah KRI Rigel-933 mencari di perairan utara Bali menggunakan alat deteksi sonar multibeam echo sounder (MBES) pada pukul 01.00 WITA, Minggu.
“Pada hari ini, Minggu, 25 April 2021 pada pukul 01.00 WITA, KRI Rigel yang sedang melakukan (pencarian memakai) multibeam echosounder melaksanakan kontak bawah air yang signifikan di sekitar posisi datum atau (posisi) tenggelamnya KRI Nanggala pada kedalaman 838 meter,” kata Margono.
Dalam pencarian itu, alat deteksi bawah laut (ROV) yang dioperasikan KRI Rigel-933 hanya mampu mendeteksi sampai maksimal kedalaman 800 meter. Hasil deteksi itu diserahkan dan dilanjutkan kapal milik Singapura, MV Swift Rescue.
“Kemudian, diidentifikasi kontak tersebut pada 07.37 WITA tadi pagi. MV Swift Rescue menurunkan ROV guna menindaklanjuti kontak bawah laut yang tadi diberikan KRI Rigel,” kata dia.
“Pada pukul 09.04 WITA, ROV Singapura mendapat kontak visual pada posisi 07 derajat 48 menit 56 detik Lintang Selatan, 114 derajat 51 menit 20 detik Bujur Timur, yaitu tepatnya dari datum satu tadi tempat tenggelamnya KRI Nanggala berjarak 1.500 yard di selatan pada kedalaman 838 meter,” kata Margono. (Aza)