Indonesiainside.id, Jakarta – Relawan Jokowi Mania (Joman) mendesak polisi untuk mengungkap mafia besar di balik aksi penimbunan obat COVID-19. Polisi harus tuntas mengusut hingga ke aktor intelektualnya bukan hanya level eceran saja. Para mafia itu perlu dijatuhi hukuman mati.
“Tangkap bandit di level atasnya dan hukum mati. Mereka sangat berjejaring. Dan, sebenarnya itu itu juga pemain proyeknya,” kata Ketua Umum Relawan Joman, Imanuel Ebenezer, dalam keterangan kepada wartawan, Selasa (13/7).
Menurut Immanuel, selama ini dalam pengamatannya yang ditangkapi hanya kelas teri, atau penjual alat kesehatan dan obat-obatan. Mereka hanya di tingkat bawah alias pengecer.
Nah, mafia besar atau dalang yang bermain belum terungkap tuntas.
“Di beberapa kasus, polisi hanya menangkap penjual eceran. Paling yang dijual cuma puluhan barang. Tangkap dong aktor, dalang mafianya,” kata Noel sapaan akrabnya.
Joman meyakni ada kelompok tertentu yang mengambil keuntungan besar. Mereka adalah mafia kesehatan yang membuat rakyat sengsara di tengah pandemi.
Noel juga menyoroti penjualan vaksin yang masih didominasi pasokan dari China. Seharusnya, vaksin itu dibeli dari berbagai negara.
Aktivis 98 ini juga menyoroti penjualan vaksin yang masih didominasi pasokan dari China. Semestinya, Indonesia membeli vaksin tidak hanya dari negeri China, tapi juga ke negara lain.
“Kita juga meminta agar dana pandemi langsung disalurkan ke rakyat. Total dana pandemi 2020 saja mencapai Rp 800 triliun. Tahun ini bisa melebihi dari itu. Harusnya 70 persen dana pandemi diberikan ke rakyat untuk bantuan sosial,” tegasnya.
“Pilihan ini harus diambil untuk menghindari praktik korupsi ala mafia,” kata Noel.
Ditambahkannya, besarnya dana pandemi tentu akan menjadi bancakan mafia. Apalagi jika tidak ada pengawasan super ketat dari penegak hukum.
Immanuel juga menyoroti perang diskon tes antigen dan PCR yang dilakukan oleh sejumlah fasilitas kesehatan.
“Cara ini sangat-sangat rendah moral yang dipraktikkan oleh beberapa klinik dan tempat-tempat kesehatan lainnya. Ini adalah praktik kotor dan tidak bermoral dan seharusnya aparat kepolisian menindak tegas para klinik atau tempat-tempat yang melakukan praktik perang discount ini. Seharusnya tes antigen dan PCR haruslah digratiskan,” tegasnya.
Sebelum ini polisi mengungkap penimbunan Azithromycin di gudang distributor PT ASA di Kalideres, Jakarta Barat. Ada 730 dus yang masing-masing berisi 20 tablet Azithromycin yang ditemukan di lokasi kemarin.
Distributor tersebut juga tidak segera mendistribusikan obat tersebut ke pasar, meski kini sangat dibutuhkan. Mereka juga terindikasi menaikkan harga di atas harga eceran tertinggi (HET). (Red)