Indonesiainside.id, Jakarta – Jika ada gubernur yang selalu menjadi ajang pemberitaan, tak pelak lagi, dia adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Setidaknya ada dua sebab Anies mendapat porsi pemberitaan lebih dibanding gubenur-gubernur lain di Indonesia. Pertama, Anies adalah Gubernur DKI Jakarta; Kedua, Anies disebut-sebut sebagai salah seorang kandidat yang hendak diusung untuk RI-1 di tahun 2024.
Lazimnya sosok pemimpin, Anies selalu diuji setiap kali mengambil kebijakan. Jika pun tidak sedang mengambil suatu kebijakan pun tetap saja dikritik, bahkan menuai hujatan. Sejauh kritik-kritik yang disampaikan itu membangun dan dengan cara-cara yang santun, tentu saja krtikan itu diperlukan. Tetapi persoalannya, acap kritikan atau hujatan itu dilontarkan asal bunyi dan tidak berdasar data dan fakta yang sebenarnya. Inilah yang menjadi masalah. Mereka yang mengkritik atau menghujat Anies itu melalui berbagai media. Dari media social sampai media arus utama. Tetapi Anies, menanggapinya dengan santun dan tetap terukur, berdasarkan data dan fakta yang ada.
Tentu saja, atas kritikan atau hujatan yang dialamatkan kepada Anies, muncul orang-orang yang tampil membelanya, baik secara lisan, lewat media social, maupun dalam bentuk artikel/opini yang tersebar di berbagai media. Diantara mereka yang “rajin” membela Anies tersebut, salah satunya adalah Ady Amar, melalui opini-opininya di berbagai media. Ady menulis berdasarkan opini yang berkembang, dalam suasana satu sama lainnya yang berbeda. Tulisan-tulisan Ady ini mencoba memberikan data dan fakta tentang berbagai persoalan yang dialamatkan kepada Anies, secara “berimbang”. Tulisan-tulisan lepas itulah yang terhimpun di dalam buku ini dan diberi titel “Tak Tumbang Dicerca, Tak Terbang Dipuja.”
Dalam pekan-pekan terakhir di bulan Agustus 2021, misalnya, fraksi PDI-P dan PSI di DPRD DKI Jakarta mengajukan hak Interpelasi atas Formula E terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Formula E sendiri akan diselenggarakan pada pettengahan tahun 2022 di Jakarta. Sedangkan isu tentang interpelasi sebenarnya sudah digulirkan oleh PSI sejak tahun 2020. Ada 2 fraksi yang mengusung interpelasi, sedangkan 7 fraksi di DPRD DKI Jakarta menolak usulan interpelasi tersebut.
Membaca kritik dan hujatan terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak bisa secara hitam-putih. Anies menjadi sasaran tembak karena sosok yang satu ini digadang-gadang akan dimajukan dalam Pilpres 2024. Pihak-pihak yang menjadi rivalnya, akan menggunakan segala daya dan upayanya untuk menghadang Anies. Salah satunya memberikan stempel buruk selama Aies menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tetapi koynolnya, stempel buruk itu tidak disertai dengan data dan fakta yang akurat yang membuat banyak orang bisa mempercayai konten dari hujatan tersebut.
Sebagai gubernur, Anies akan bisa melewati ujian, kritikan, dan hujatan yang dialamatkan kepadanya. Hal ini karena kinerjanya terukur, transparan, dan bisa di dinikmati oleh warga Jakarta. Apakah keberhasilan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta secaraotomatis akan memberikan tiket menuju Pilpres 2024? Tentu, matematika politiknya akan berbeda. Wallahu A’lam.
Resensi
Judul Buku: Tak Tumbang Dicerca, Tak Terbang Dipuja
Penulis: Ady Amar
Penerbit: Ikon Teralitera, Agustus 2021, XXXIV + 228 halaman.