Indonesiainside.id, Jakarta — Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukhori Yusuf mengecam sebuah syuting sinetron di lokasi pengungsian karena mengeksploitasi derita korban bencana erupsi Gunung Semeru.
Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKS ini mengaku geram mendapati kabar terkait dugaan tempat pengungsian korban erupsi Gunung Semeru yang dijadikan lokasi syuting sinetron. Bukhori menilai hal itu tidak etis dan meminta setiap pihak menunjukkan empati terhadap korban bencana.
“Sudah sepatutnya kita berempati terhadap semua korban bencana, khususnya korban terdampak erupsi Semeru di Lumajangl,” kata Bukhori di Jakarta, dikutip dari fraksi.pks.id, Sabtu (25/12).
Menurut dia, sangat tidak etis adanya syuting di tengah suasana batin masyarakat yang sedang berkabung karena kehilangan sanak keluarga, tempat tinggal, mata pencaharian, bahkan semua. Pihak yang memanfaatkan kondisi tersebut dinilai hanya ingin meraup keuntungan materiel.
Dia mengatakan, tindakan mengeksploitasi bencana untuk kepentingan materiel adalah hal yang tidak bisa diterima nurani maupun akal sehat. Walaupun pihak Production House (PH) berdalih syuting di tempat tersebut sebagai wujud dukungan moril bagi korban dan mengaku telah memperoleh izin dari pemerintah daerah, namun itu bukan tepat karena dapat menyakiti perasaan korban maupun pihak yang bersimpati.
“Syuting di tempat itu sama sekali tidak dibenarkan karena tidak mencerminkan empati, apalagi menjadi solusi bagi korban,” katanya.
Sebaliknya, tindakan itu bisa disebut eksploitasi bencana untuk kepentingan materiel semata. Padahal agama dan budaya kita mengajarkan untuk saling berempati dan bahu membahu dalam menghadapi musibah apa pun.
Anggota DPR yang bermitra dengan BNPB itu menambahkan, jika benar pengakuan Production House (PH) bahwa pihaknya telah memperoleh izin dari pemerintah setempat, maka otoritas setempat perlu menyampaikan klarifikasi kepada publik yang terlanjur geram dengan kegiatan syuting tersebut.
“Publik tidak hanya menyorot kontroversi dari kegiatan syuting tersebut, tetapi juga mempertanyakan bagaimana bisa mereka melakukan itu jika tanpa seizin pemerintah setempat,” katanya.
Menurut dia, jika pengakuan itu terbukti benar, lalu apalagi yang bisa diharapkan kepada pemerintah yang telah kehilangan sense of crisis? (Aza)