Indonesiainside.id, Kiev – Seorang wartawan yang bertugas melakukan peliputan langsung di kawasan Mariupol, Ukraina, melaporkan, bahwa diduga militer Ukraina telah meledakkan gedung teater drama di kota tenggara Mariupol dan menggunakannya sebagai propaganda bersama media-media Barat untuk menyalahkan pasukan Rusia.
“Teater drama yang sekarang terkenal di dunia setelah NATO menuduh Rusia membomnya pada Maret tapi Rusia menyangkalnya, sepertinya diledakkan militer Ukraina untuk menyalahkan Rusia,” kata koresponden Press TV, John Miller, Rabu (19/5).
“Salah satu pekerja membawa saya ke ruang bawah tanah. Dikatakan sebagai tempat di mana antara 100 dan 600 orang tewas. Masih ada bau busuk kematian … karena mungkin masih banyak mayat yang tersisa di antara puing-puing,” tambahnya yang melaporkan dari kota tersebut.
Miller menambahkan operasi Rusia sejauh ini telah berhasil mematahkan perlawanan militer Ukraina dan juga batalyon ultra keras Neo-Nazi, Azov.
“Mayoritas militer Ukraina dan batalyon neo-Nazi Azov kini telah menyerah, mengakhiri pertempuran paling brutal dari perang ini sejauh ini,” tambah reporter itu.
Miller juga mewawancarai seorang tentara Rusia di luar pabrik baja Azovstal di Mariupol, tempat ratusan pasukan Ukraina masih bersembunyi.
“Tugas kita di sini adalah menjaga garis pertahanan untuk memblokir wilayah mereka agar tidak ada yang bisa pergi,” kata prajurit itu. “Kami tidak menembak untuk memberi mereka kesempatan menyerah. Mereka sedang bernegosiasi sekarang.”
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan “operasi militer khusus” pada 24 Februari untuk “demiliterisasi” wilayah Donetsk dan Lugansk di Ukraina timur. Pada tahun 2014, kedua wilayah mendeklarasikan diri sebagai republik baru, menolak untuk mengakui pemerintah Ukraina yang didukung Barat.
Memerintahkan operasi, Putin mengatakan misi itu ditujukan untuk “membela orang-orang yang selama delapan tahun menderita penganiayaan dan genosida oleh rezim Kiev.”(Nto)