PURBALINGGA – Upaya transformasi digital yang dilakukan pemerintah membutuhkan Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan kemampuan literasi digital yang baik. Dengan meningkatnya kompetensi digital para ASN akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Salah satu langkah yang dilakukan Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika, Kementerian Kominfo dengan menggelar Literasi Digital Sektor Pemerintahan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, secara hybrid yang diikuti sebanyak 6.000 ASN, pada akhir bulan lalu.
ASN diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi yang makin masif berkaitan dengan pelayanan publik pada masyarakat.
“Mereka yang tidak mampu menyesuaikan teknologi akan tergilas. ASN adalah ujung tombak pemerintahan. Jadi bagi kita yang mampu mengikuti perkembangan teknologi, tentu kita akan bisa memberikan pelayanan publik yang baik untuk masyarakat,” kata Bupati Kabupaten Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi.
Menurutnya, kehadiran internet memberikan dampak positif dan negatif. Sehingga ASN diharapkan dapat lebih bijak menggunakan fungsi internet. Dalam hal positif, internet memberikan banyak kemudahan dalam mendapatkan akses informasi, dan mempermudah komunikasi jarak jauh secara realtime.
“Ini adalah dampak kemajuan teknologi. Apabila tidak kita gunakan dengan baik, akan berdampak negatif. Sekarang ini banyak tersebar konten negatif, salah satunya cyber bullying. ASN diharapkan tidak hanya mampu mengoperasikan internet, tidak cukup hanya dapat menguasai digital skill,” ungkapnya.
Ia menekankan, selain mampu dalam memahami digital skill, ASN harus mampu menerapkan etika digital, budaya digital, dan keamanan digital untuk meminimalisir konten-konten negatif.
Apalagi saat ini penyebaran hoaks di dunia media sosial terus mengalami peningkatan dan dapat mempengaruhi masyarakat. “Oleh karena itu, saya mengimbau agar ASN Purbalingga dapat berperan memerangi penyebaran hoaks dan konten negatif,” ujarnya.
Peran literasi digital menjadi penting untuk menghadapi berbagai rintangan yang berkaitan dengan sumber daya manusia dan keterbatasan finansial pada lingkup pemerintahan. Pesatnya perkembangan teknologi menjadi solusi dari tantangan pemerintah. Peran teknologi seperti kegiatan rapat koordinasi dan pelatihan yang dilakukan secara daring memberikan manfaat efisiensi dalam hal anggaran.
“Dengan zoom meeting kita tak perlu ke Jakarta untuk kordinasi dengan pemerintah pusat karena bisa secara daring,” ujarnya.
Bupati Dyah juga menekankan, wawasan dan implementasi kemajuan teknologi bisa dipelajari dan tidak terpatok pada faktor usia. ASN harus dapat menerapkan peran empat pilar literasi digital dan mempelajari perubahan-perubahan teknologi.
“ASN harus cakap digital. Berikutnya juga sosialisasi untuk menghasilkan inovasi, tidak hanya pada tingkat kabupaten tapi juga tingkat desa,” tuturnya.
Bupati Dyah menyampaikan salah satu desa di Purbalingga yaitu Desa Karanganyar telah mendapatkan penghargaan digitalisasi dengan memanfaatkan media website untuk meningkatkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) desa.
“Kemajuan teknologi ini sudah meningkatkan kualitas SDM kepala daerah tingkat desa. Saya juga berharap pada tingkat kabupaten untuk lebih meningkatkan wawasan TIK maupun transformasi digital,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Informatika Kemkominfo, Bonifasius Wahyu Pudjianto menyampaikan materi empat pilar literasi digital. Selain digital skill dan safety, ASN perlu memahami digital ethic dan digital culture karena berkaitan dengan etika keseharian.
“Sebagai ASN kita seyogyanya paham dalam menyampaikan tulisan atau selfie di media sosial. Seringkali kita men-share yang tidak seharusnya seperti unek-unek. Di situ diperlukan kebijakan dalam menuturkan hal-hal tertentu di media sosial,” kata Boni.(Nto)