Oleh: Abdul Rasyid Z |
Pemerintah Provinsi Bali menolak usul calon wakil presiden 02 Sandiaga Uno yang ingin agar Pulau Dewata itu mengembangkan wisata halal.
Indonesiainside.id, Mataram — Usulan Sandiaga Uno untuk mengembangkan wisata halal di Bali menuai kontroversi. Usulan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Gubernur Bali I Wayan Koster dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Gede Juniartha Putra.
Padahal, usulan Sandi tersebut tidak akan mengusik kearifan lokal di sana atau tatanan yang sudah berjalan hinga hari ini. Wisata halal bertujuan untuk memudahkan wisatawan muslim untuk mengonsumsi makanan halal dan akses ibadah. Mungkin karena disebut wisata halal, pemerintah Bali langsung menolak karena gagal paham.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi mengatakan, Pemerintah Provinsi Bali salah persepsi dalam hal wisata halal. Sebab, wisata halal bicara soal halal lifestyle, extended services yang diberikan kepada para wisatawan yang memang membutuhkan pelayanan halal di saat mereka berlibur ke suatu destinasi. Jadi, dengan adanya paket-paket wisata halal tersebut, justru akan menguntungkan Bali.
‘’Itu merupakan cara kita untuk memperkaya pilihan ke wisatawan. Wisata halal itu bukan berarti kita harus membenturkan budaya antar agama,’’ kata Taufan Rahmadi saat dihubungi, Selasa (26/2).
Seperti diketahui, Gubernur Bali I Wayan Koster tidak setuju Bali mengembangkan wisata halal, mengingat branding Bali adalah pariwisata budaya sesuai kearifan lokal.
Padahal menurut Taufan Rahmadi, wisatawan muslim di Bali juga ada. Jadi, mereka wajar ingin mendapat service wisata halal. Negara-negara di manapun, kata Taufan Rahamadi, wisata muslim menjadi quality tourism. Jauh lebih besar dari wisatawan-wisatawan lain.
Menurut Taufan Rahmadi, bahwa wisatawan muslim ada sekitar 1,8 miliar dan itu akan terus bertumbuh. Dan mereka membutuhkan wisata halal di mana mereka berlibur.
Politikus Partai Gerindra ini menegaskan, pariwisata halal tidak akan membunuh wisata konvensional yang selama ini ada. Sebagai contoh di Malaysia, Dubai, Turki dan negara-negara lain di dunia. ‘’Kita hanya berbicara tentang layanan pilihan saja dan itu semua tergantung kepada wisatawan untuk memilih yang mana menurut mereka,’’ ungkapnya.
Bali sebagai destinasi wisata favorit di Indonesia, lanjut Taufan Rahmadi, tentu harus memiliki banyak alternatif sajian wisata. Sehingga wisata halal, bukan berarti akan mematikan wisata unggulan di Bali.
‘’Kita bisa mengambil contoh negara-negara seperti Jepang, Korea, Australia yang mayoritas penduduknya non-muslim, tapi tetap menawarkan layanan halal kepada para wisatawan yang membutuhkan halal services di negara itu,’’ ujarnya.
Bahkan banyak wisatawan nonmuslim yang melihat halal sebagai makanan sehat. Cara penyajian, pengolahan dari makanan-makanan halal itu makanan sehat. Dan Indonesia sendiri yang pernah mendapat penghargaan wisata halal melalui pariwisata Lombok. Jadi, usul Sandiaga Uno tersebut mestinya perlu untuk didukung. (Sid/Ada/INI-Network)