Oleh : Hendri |
Puluhan wanita Aceh tampil beda dengan mengenakan kimono tapi berbalut jilbab menutupi kepala. Pemandangan itu terlihat saat mengenang delapan tahun Tsunami Jepang di Aceh.
Indonesiainside.id, Aceh – Ada yang menarik dari peringatan delapan tahun tragedi tsunami Jepang. Sejumlah komunitas di Aceh ikut mengenang tragedi tersebut sebagaimana peristiwa yang pernah menimpa Aceh beberapa tahun lalu.
Kegiatan itu dilakukan dengan cara mengenakan pakaian kimono sembari menyanyikan lagu Jepang berjudul “Himawari No Yakusoku (Janji Bunga Matahari) di Museum Tsunami Banda Aceh, Senin (11/3/2019).
Aceh dan Jepang sama-sama memiliki memori terhadap bencana gempa dan tsunami. Untuk itu, komunitas yang tergabung dalam Koungestu School Association mengenang dan berbagi pengamalan bersama-sama terkait bencana alam tsunami Aceh maupun Jepang.
Kegiatan yang mengundang decak kagum para pengunjung yang hadir ke Museum Tsunami di Kota Banda Aceh itu, diangkat tema “Dari Aceh Untuk Jepang. Pelajaran Dari Bencana Tsunami Serta Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman,”.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Jalamuddin mengatakan gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada tahun 2011 silam merupakan bencana terbesar dunia. Maka dalam hal ini rakyat Aceh turut berduka cita sedalam-dalamnya.
“Untuk itu kita selaku masyarakat Aceh mengenang dan berbagi pengalaman dalam hal penangana bencana alam tsunami yang sama-sama pernah terjadi,” katanya.
Kegiatan ini dilakukan supaya generasi ke depan harus lebih tangguh dalam menghadapi bencana.
Sementara itu, Kolsulat General Jepang untuk Indonesia di Provinsi Sumatera Utara, H E Takeshi mengucapkan terimakasih kepada semua masyarakat dunia terkhusus Rakyat Aceh yang telah ikut mengenang bencana alam tsunami yang melanda negaranya.
“Kami berterimakasih kepada masyarakat Aceh yang telah memperingati delapan tahun tsunami Jepang,” sebutnya.
Untuk diketahui, gempa berkekuatan 9.0 Skala Richter mengguncang kawasan Sendai, Jepang pada 2011 silam.Gempa tersebut adalah gempa terbesar dalam sejarah Jepang yang mengakibatkan ribuan orang tewas. (Aza/INI Network)