Oleh: Andi Amriani |
Di balik rencana Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman untuk menerapkan wisata halal mendapat penolakan keras di Tana Toraja.
Indonesiainside.id, Toraja — Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Tana Toraja (Tator) menolak rencana Pemerintah Provinsi Sulsel menerapkan wisata halal.
Ketua Komisi III DPRD Tator Kristian HP Lambe mengatakan, semua masyarakat Tator memberikan interpretasi yang berbeda-beda atas wacana penerapan wisata halal. Sehingga wakil rakyat meminta pemerintah daerah Tana Toraja untuk mengkaji secara mendalam konsep yang ditawarkan oleh Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman.
“Harus mempertimbangkan faktor adat dan budaya serta toleransi yang selama ini sudah terjalin harmonis antarumat beragama termasuk kunjungan wisatawan yang berkunjung selama ini, tidak ada masalah,” katanya saat dihubungi via telepon, Rabu (13/3/2019) malam.
Lebih lanjut politikus Partai Demokrat ini mengatakan, setelah membaca beberapa literasi bermula dari pertemuan beberapa negara di Abudabi terkait standardisasi halal, dijelaskan bahwa hotel harus memiliki sertifikasi halal. Artinya fasilitas hotel, seperti kolam renang, massage, dan spa harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan kemudian tidak boleh menjual alkohol di hotel tersebut.
Makanan yang mengandung lemak babi juga tidak boleh. Selain itu, hotel juga harus menyiapkan musala dan arah kiblat di setiap kamar, harus ada peringatan azan setiap lima waktu di hotel tersebut dan suara musik bernuansa muslim.
Untuk restoran dan rumah makan harus bersertifikasi halal, biro perjalanan juga setiap saat dimita memberikan peringatan waktu azan, baik di pesawat maupun lewat darat. Semua objek wisata harus menyediakan musala seperti di kete kesu, londa dan lain-lain.
“Itu poin yang saya baca mengenai standardisasi wisata halal yang sudah diberlakukan di Indonesia seperti lombok,” katanya.
Poin itulah yang ditentang masyarakat serta elemen budaya dan agama. Mereka mengatakan bahwa di Toraja tidak bisa dibatasi hotel dan restoran dengan standard legalisasi sertifikasi halal. Sebab kunjungan Wisatawan Mancanegara (wisman) lebih banyak yang datang ke Toraja untuk menyaksikan atraksi budaya.
Mereka datang untuk menikmati panorama alam dan entertainmen yang pastinya berhubungan dengan alkohol. “Kita harus menyesuaikan, kalau saya pribadi wisata adalah pilihan,” terangya.
Sehingga, jika ada suatu daerah yang kearifan lokalnya sangat kuat dengan budaya, jangan dipaksakan untuk wisata halal. Kata dia, wisata halal cocok di Bulukumba, Selayar, Gowa dan Makassar. “Tetapi, kalau di Toraja menurut kami tidak cocok,” jelasnya. (Aza/Ani/INI-Network)