Oleh: Ronald Ginting
Indonesiainside.id, Manado – Kerusuhan yang terjadi di Wamena Papua memicu gelombang eksodus dari Wamena yang sangat besar, terutama warga pendatang yang trauma dengan kejadian kerusuhan tersebut dan ingin meninggalkan Papua. Dan pendatang yang berasal dari Sulawesi Utara termasuk yang hendak keluar dari daerah itu.
Menyikapi hal tersebut maka Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, menugaskan Tim Pemprov yang terdiri dari Kepala Badan Bencana Daerah Joy Oroh, Kepala Badan Kesbang Meky Onibala, dan Kepala Biro Pemerintahan Jemmy Kumendong, bersama Pejabat dari Dinas Sosial untuk meninjau sekaligus membawa bantuan kepada korban yang mengungsi.
Joy Oroh, saat dihubungi, menuturkan ketika tiba di Bandara Sentani, Tim Pemprov dijemput para pengurus Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) di Papua bersama dengan ormas adat Minahasa. Selanjutnya menuju lokasi pengungsian di Dunlop Sentani.
“Terdapat sekitar 75 orang pengungsi di tempat ini dan kami melakukan dialog untuk mendapatkan masukan secara langsung hal apa yang dibutuhkan dan menyentuh langsung kebutuhan para pengungsi,” sebut Joy.
Dari dialog yang dilakukan, ditambahkan Joy bahwa ternyata yang dibutuhkan adalah bagaimana caranya para pengungsi yang masih berada di Wamena untuk keluar karena banyaknya pengungsi yang menunggu giliran, makanan dan pakaian serta kebutuhan untuk pulang ke Manado.
“Mereka merasa tidak kondusif lagi untuk tinggal di Wamena. Masukan tersebut kita tampung dan didiskusikan untuk kemudian akan ditindaklanjuti,” imbuhnya.
Di samping pengungsi yang ditampung saat ini, juga banyak pengungsi yang ditampung langsung oleh keluarga masing–masing, dan bahkan ada yang sudah melanjutkan perjalanan pulang ke Manado.

Selanjutnya Tim Pemprov juga berkunjung ke lokasi penampungan pengungsi asal Sulut di Kehiran Sentani. Sementara, besok, rencananya Tim Pemprov akan menuju ke Wamena.
Diketahui, kerusuhan Wamena yang terjadi berawal dari unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9). Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto menyatakan bahwa korban tewas berjumlah 33 orang. (RTG/PS/INI Network)