Oleh: Farida Noris
Indonesiainside.id, Medan- Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) atau Segitiga Pertumbuhan Indonesia–Malaysia–Thailand akan membuka peluang kerja sama yang saling menguntungkan semua pihak. Selama ini Sumatera Utara belum begitu aktif dalam memanfaatkan kerja sama itu.
Direktur Centre for Indonesia-Malaysia-Thailand Sub Regional Cooperation-Growth Triangle (CIMT-GT) Firdaus Dahlan menyebutkan, sejak berdiri pada 1993 silam, kerja sama antara ketiga negara telah dibangun. Hanya saja belum begitu diperhatikan dengan baik.
Padahal katanya, jika dilihat peta IMT-GT di Indonesia, ada 2-10 provinsi di dalamnya, Malaysia ada 4-8 negara bagian dan Thailand ada 5-14 provinsi. Ditambah lagi jumlah populasi penduduk jika ditotal ketiga negara yang daerahnya termasuk dalam IMT-GT, mencapai 8,3 juta jiwa, dengan peningkatan Produk Domestik Bruto US$ 1,258 Miliar.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Sumut memang belum aktif. Apalagi kerja sama ini beda, karena sejak 1993 didirikan, pengusaha lah yang punya peran. Pemerintah adalah sebagai fasilitator. Makanya peran Kadin di sini penting,” kata Firdaus pada acara Sosialisasi Peningkatan Peran Provinsi Sumatera Utara Dalam Pelaksanaan Kerja Sama IMT-GT, Jumat (4/10).
Selanjutnya adalah peran pemerintah kabupaten/kota. Konsepnya juga harus realistis dan dapat diterapkan. Karena intinya adalah bagaimana negara-negara ini bisa saling meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Contohnya seperti kehadiran wisatawan yang bisa dilakukan kerja sama.
“Kita juga sudah ada koridor ekonomi yang akan menghubungkan antar daerah/negara bagian di ketiga negara ini,” sebutnya, sembari mengatakan bahwa pihak pendonor (funding) Asian Development Bank (ADB) dan lainnya akan mengucurkan dana bantuan untuk pembangunan beberapa sektor seperti pariwisata hingga pengelolaan sampah.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menambahkan IMT-GT ini menjadi potensi mensejahterakan masyarakat melalui pembangunan bersama antara masing-masing negara.
“Dengan adanya kerja sama seperti ini, akan banyak yang bisa kita bangun. Jadi kalau ada di Malaysia atau di Thailand, kenapa kita harus pergi ke yang lain. Begitu juga dengan kita di sini, kalau ada di Sumut, untuk apa diambil dari luar,” ujar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.
Karena itu, seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) dan kabupaten/kota diminta untuk menindaklanjutinya.
“Seperti di Karo, penghasil sayuran. Ada di sana sayur kol, yang diminati orang Malaysia. Jadi sudah dikontrak dia. Tetapi syaratnya harus organik, tak boleh pakai pupuk dan pestisida kimia,” sebut Edy Rahmayadi.
Selain itu, Sumut punya potensi pariwisata luar biasa seperti Danau Toba. Destinasi wisata kelas dunia ini dapat dijadikan tujuan wisata bagi para pelancong dari Malaysia dan Thailand.
“Karena itu, perlu disiapkan konsep yang membuat nyaman bagi wisatawan tersebut,” ujarnya.
Menanggapi itu, Wakil Ketua Umum Kadin Sumut Sjahrian Harahap berharap pemerintah memberikan dukungan kepada para pengusaha. Pihaknya juga telah berkomunikasi dengan CIMT-GT dalam rangka mengefektifkan kembali kerja sama tiga negara.
“Banyak sudah ketertinggalan, Sumut harus mengambil kesempatan ini. Karenanya kami sudah menyusun beberapa peluang ke depan berupa program kerja. Kami juga sudah bicara dengan Pak Firdaus tentang ini. Kami mohon dukungan pemerintah. Agar setidaknya kita punya sekretariat bersama,” papar Sjahrian. (Far)