Oleh: Anisa Tri K
Indonesiainside.id, Jakarta – Tujuh paus pilot ditemukan mati di Pantai Kolo Udju, Nusa Tenggara Timur. Sementara 10 ekor paus lainnya berhasil diselamatkan oleh penduduk Desa Menia di dekat pantai. Ditemukan luka di tubuh paus yang selamat, diduga luka tersebut akibat terbentur bebatuan pantai.
“Ada beberapa luka pada tubuh mereka dari kontak dengan batu,” ujar kepala badan konservasi laut setempat Ikram Sangaji seperti yang dilansir dari channel news Asia, Senin (14/10).
Menurut Ikram, evakuasi yang tidak tepat selama penyelamatan pada Paus ini juga disinyalir menyebabkan cedera ini. Bangkai enam dari tujuh paus pilot mati dimakamkan dalam upacara tradisional. Hal tersebut sesuai dengan metode peletakan cetacean (mamalia air seperti paus, lumba-lumba, dan lumba-lumba). Jika jenazah dibiarkan terlalu lama di pantai, maka akan terus membusuk, membangun gas dan kembung sampai mungkin meledak dari penumpukan tekanan di dalamnya .
Jika tidak segera dikubur, sisa-sisa bangkai dari hewan mati akan menyebar di sekitar daerah itu dan berpotensi menyebabkan penyakit.
Paus pilot mati terakhir dicincang dan diambil dagingnya oleh penduduk Desa Menia. Perburuan paus telah menjadi tradisi di Nusa Tenggara, penduduk setempat berburu satu atau dua ikan paus untuk dikonsumsi.
Terhitung sejak 2012, setidaknya sebanyak empat puluh paus yang terdampar. Penyebabnya beragam, paus dan cetacea lainnya dapat terjebak di antara terumbu karang tepi dan pantai selama pasang surut.
Dan kemungkinan ada alasan lain yang menyebabkan pelapisan paus, baik yang alami maupun buatan manusia . Penyebab alami termasuk usia tua dan penyakit. Ikan paus yang sudah tua atau terserang penyakit mencari air yang lebih dangkal agar lebih mudah berselancar di udara. Mereka dapat terperangkap di permukaan yang keras begitu air laut surut, menyebabkan kompresi dada dan kerusakan organ dalam. Sedangkan penyebab buatan manusia termasuk polusi suara dari sonar, memancing, dan degradasi lingkungan. (PS)