Indonesiainside.id, Jayapura – Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Provinsi Papua, Komarudin Watubun mengingatkan Pemerintah Pusat untuk serius menyelesaikan dua insiden penembakan di Papua yang merenggut lima nyawa. Pertama insiden bentrok yang menewaskan tiga anggota Polri di Kabupaten Mamberamo Raya, pada Ahad (12/4). Kedua penembakan terhadap warga sipil di Kabupaten Mimika sehari kemudian tepatnya Senin (13/4).
“Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Provinsi Papua, saya menyampaikan rasa duka yang mendalam atas tewasnya tiga anggota polisi akibat bentrok di Mamberamo Raya, Ahad (12/4), dan dua warga sipil di Timika, Senin (13/4),” kata Komarudin dalam siaran pers yang diterima Indonesiainside.id, Rabu (15/4).
Komarudin mengaku khawatir insiden penembakan ini akan memicu masalah politik lebih besar yang dapat menyulitkan seluruh warga Papua, jika diabaikan. Apalagi di tengah wabah corona yang dikhawatirkan dapat menenggelamkan masalah penembakan tersebut.
“Apabila masalah ini dibiarkan, dan tidak diusut tuntas, saya khawatir bisa memicu masalah politik lebih besar yang akan menyulitkan kita semua. Jangan sampai isu virus corona menenggelamkan isu-isu lain, termasuk dua kasus ini, yang menurut saya sangat berpotensi memicu masalah politik,” ujar Komarudin.
Dia mendesak Pemerintah pusat untuk segera mengambil tindakan kongkrit yang perlu dilakukan secara mendalam dan transparan untuk mengungkapkan kedua peristiwa tersebut secara terbuka kepada publik.
Tak hanya itu, pimpinan TNI/Polri di tingkat pusat segera menertibkan dan mengonsolidasikan kembali penempatan pasukan di Papua agar di bawah satu komando Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Asaribab dan Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw.
Menurutnya, keberadaan pasukan di luar kendali Pangdam dan Kapolda dapat menyulitkan keduanya untuk bertindak. Meskipun kedua pimpinan tertinggi TNI-Polri di Papua ini adalah putra Papua. “Saat ini Pangdam XVII Cenderawasih dan Kapolda Papua adalah putera-putera Papua, tapi kondisi yang demikian (ada pasukan di luar kendali Pangdam dan Kapolda), menyulitkan posisi keduanya,” ujarnya.
Dia berharap pimpinan institusi TNI dan Polri di tingkat pusat memberikan dukungan penuh kepada Pangdam dan Kapolda Papua untuk bertindak secara terbuka dan profesional dalam mengungkapkan dua persoalan penembakan di wilayahnya.
Diketahui, tiga anggota Polres Mamberamo Raya, Papua tewas ditembak saat terlibat bentrok dengan anggota TNI yang bertugas di Pos Satgas Pamrahwan Yonif 755 Yalet, Ahad (12/4). Insiden itu juga menyebabkan dua anggota Polri lainnya dirawat akibat mengalami luka tembak.
Tiga korban meninggal yakn, Briptu Marcelino Rumaikewi, Bripda Yosias Dibangga, dan Briptu Alexander Ndun. Dua korban luka, Bripka Alva Titaley dan Brigpol Robert Marien, masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Jayapura.
Sehari kemudian dilaporkan adanya insiden penembakan di Mile-34, Timika yang menewaskan dua pemuda, Eden Armando Bebari (20) dan Ronny Wandik (23). Keduanya tewas tertembak aparat TNI yang tengah bertugas di kawasan tersebut. (PS/Achmad Syaiful)