Indonesiainside.id, Denpasar – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali sementara menghentikan pemakaian rapid test dengan merek VivaDiag. Dinas Kesehatan Provinsi Bali disebut telah membeli sebanyak 4.000 unit rapit test merek tersebut.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covi-19 Bali I Made Rentin membenarkan untuk sementara tak menggunakan VivaDiag. Alasannya karena sedang dilakukan pengujian oleh Puslitbang Kementerian Kesehatan akibat alat tersebut false.
“Sedang dilakukan pengujian oleh Puslitbang Kemenkes, maka untuk sementara waktu tidak dipakai, menunggu arahan lebih lanjut dari GT Nasional / BNPB,” kata Rentin, Kamis (7/5).
Sebelumnya, 371 warga Banjar Serokadan, Desa Abuan, Bangli dinyatakan reaktif virus corona atau Covid-19 usai dilakukan rapid test dengan VivaDiag. Mereka lalu dilakukan tes swab dengan metode PCR.
Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bangli I Wayan Dirgayusa mengatakan hasilnya hanya satu warga dinyatakan positif Covid-19. Sementara sisanya yakni 370 dinyatakan negatif Covid-19.
“371 swab keluar hasil 1 positif per tanggal 3 mei,” katanya saat dihubungi, Rabu (6/5).
Dirgayusa mengatakan, meski hasilnya hanya satu positif, sesuai prosedur di Banjar Serokadan tetap dilakukan karantina. Per Rabu, karantina sudah memasuki hari ketujuh. (MSH)
Begitulah adanya….kalo tidak ada Tragedi Serokadan, tidak akan terkuak bhw alat Rapid Test Asal CHINA itu bermasalah, dan pastinya akan trus digunakan utk test test lain lg….Suksma Serokadanš
Namanya juga alat buatan manusia…pasti gak selalu sempurna….syukurlaah yg negatif buanyak banget..dan yg positif semoga lekas sembuh