Indonesiainside.id, Surabaya – Viral sebuah video saat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menangis dan sujud bersimpuh di kaki pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Kejadian itu terjadi saat kegiatan audiensi Pemkot Surabaya bersama IDI Jatim dan IDI Surabaya di Balai Kota Jalan Wali Kota Mustajab.
Pemkot Surabaya ingin mendengar berbagai persoalan yang dihadapi para dokter di Surabaya dalam menangani pasien Covid-19. Apalagi dalam beberapa hari terakhir angka kasus Covid-19 di Surabaya melonjak tinggi, melebihi Jakarta. Angka penularan juga meroket yakni 200 – 300 kasus setiap hari di seluruh Jawa Timur.
Saking tingginya angka penularan Covid-19 di Surabaya sampai-sampai jadi perhatian khusus Presiden Jokowi. Presiden menekan Khofifah dan Risma bagaimana caranya supaya penularan Covid-19 menurun dalam dua minggu.
Seperti dikutip dalam video yang terekam di media sosial tampak Risma berjalan ke arah meja kursi tempat dokter duduk. Belum sampai di meja dokter yang sedang berbicara. Melihat Risma, dokter itu kemudian berdiri menghampiri, namun tiba-tiba Risma bersimpuh sambil memegang kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSUD Soetomo, dr Sudarsono tersebut.
“Bu…Bu…Jangan begitu Bu،” terdengar suara orang berbicara.
Bu Risma bersujud di depan pengurus IDI. pic.twitter.com/YaFuXanYYv
— #NKRI (@NKRI__1) June 29, 2020
Diduga aksi spontan Risma dilakukan setelah mendengar keluhan dari IDI. Dalam audiensi itu IDI menyampaikan jika, pasien Covid-19 di RSUD dr Soetomo sudah overload. Namun parahnya banyak masyarakat di luar yang tak patuh protokol kesehatan. Mereka nekat melanggar protokol kesehatan.
“Pasien di RSU dr Soetomo sedikit yang keluar, yang masuk banyak. Karena overload terpaksa harus ditolak. Saat ada pasien menangis ditolak saya juga nangis di poli. Apa lagi saat dua teman saya gugur tapi masyarakat seperti ini (masih melanggar protokol kesehatan). Mohon ada koordinasi. Karena kita nggak bisa memulangkan jika tidak negatif dua kali,” kata dokter Sudarsono, Senin (29/6).
Apa yang disampaikan Sudarsono itu menjawab keluhan Risma yang mengaku sulit berkoordinasi dengan RSUD dr Soetomo meski sudah berulangkali mencoba membangun komunikasi. Dia berharap pasien Covid-19 Surabaya bisa dirawat di RS milik Pemprov Jatim itu.
“Kami tidak terima. Karena kami tak bisa masuk ke sana (RSUD dr Soetomo),” kata Risma.
Bahkan, Risma hingga sujud dua kali sambil memegang kaki dokter seraya menangis.
“Tolonglah jangan kami disalahkan terus. Apa saya rela warga saya mati. Kami jam 03.00 pagi masih ngurus orang meninggal, bukan warga Surabaya. Kami masih tetap urus,” kata Risma sambil menangis.
Risma sebelumnya sudah pernah menawarkan ruang isolasi yang masih kosong di RS Husada Utama untuk pasien RSUD dr Soetomo. Di RS Husada Utama tersedia sekitar 100 tempat tidur yang belum digunakan untuk pasien Covid-19. Namun, bantuan itu ditolak RSUD dr Soetomo.
“Saya memang goblok, saya tak pantas jadi wali kota,” kata Risma. (EP)