Indonesiainside.id, Bangkalan – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur menilai Syaikhona Kholil atau KH Muhammad Kholil sangat layak mendapat pengakuan dari negara sebagai pahlawan nasional.
Syaikhona Kholil merupakan ulama besar kelahiran Kota Bangkalan, Madura, yang melahirkan banyak ulama. Beliau melahirkan banyak murid, salah satunya pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari.
Untuk menguatkan misi penganugerahan pahlawan nasional tersebut, Ketua PKS Jatim Irwan Setiawan, berziarah ke makam Syaikhona Kholil. Dia didampingi ketua BPU Muhammad Aziz sekaligus bersilaturrahim ke kediaman KH Toha Cholili, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muntaha Bangkalan. Demikian dilansir pks.id, Selasa (6/4).
KH Toha Cholili merupakan keturunan keempat dari silsilah Syaikona Kholil. Hadir dalam pertemuan tersebut Akhmad Moestamin selaku ketua DPD PKS Bangkalan bersama ketua bidang yang lain. Pertemuan tersebut berlangsung tenang dan sejuk.
Kiai Toha memberikan ceramah tentang sejarah dan kiprah Syaikhona Kholil semasa hidupnya dalam berdakwah di Bangkalan dan wilayah lainnya. Setelah itu dilanjutkan ziarah ke makam Syaikhona Kholil yang dipimpin KH Toha Cholili. Kemudian berziarah ke makam Sultan Raden Abdul Kadirun, di mana posisi makamnya terletak di dekat Masjid Agung Bangkalan.
Syaikhona Kholil akrab juga dengan sapaan Mbah Cholil Bangkalan. Presiden PKS Muhammad Syaikhu mengatakan, Syaikhona Kholil dan KH Bisri Syansuri dikenal sebagai Ahli Fiqih. Keduanya adalah ulama NU.
“Saya menilai keduanya sangat pantas menyandang gelar Pahlawan Nasional. Rekam jejak dua ulama di atas menjadi bukti. Mbah Cholil dan KH Bisri Syansuri merupakan sosok yang telah banyak memberikan kontribusi penting bagi perjalanan bangsa Indonesia,” katanya.
Mbah Cholil adalah guru dari ulama-ulama besar di Nusantara, seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Beliau juga aktif memberikan dukungan moral bagi perjuangan para santri-santrinya dalam melawan penjajahan Belanda.
“Saya mendapat informasi, ada sebagian kesaksian jika Bung Karno juga pernah sowan kepada KH Cholil. Tujuannya untuk mendapatkan restu dalam perjuangan mengalang kekuatan melawan Penjajah Belanda.”
Begitu pula dengan KH Bisri Syansuri. Beliau merupakan Pendiri Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang. Beliau aktif dalam perlawanan terhadap penjajah sebagai Komandan Markas Besar Ulama. Pada tahun 1919, KH Bisri Syansuri mendirikan kelas untuk santri perempuan di pesantrennya. Para santri putri itu adalah anak tetangga sekitar yang diajar di beranda belakang rumahnya.
“Kiprah kedua ulama panutan tersebut membuat saya sangat mendukung jadi Pahlawan Nasional. Ini sekaligus menunjukkan betapa sangat besarnya kontribusi NU dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Karena itu, istilah Jas Hijau yang dipopulerkan oleh Wakil Ketua MPR RI DR. Hidayat Nur Wahid menjadi sangat relevan.”
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar juga menegaskan, Syaikhona Kholil bukan hanya layak mendapat gelar Pahlawan Nasional. Menurut dia, Pemerintah memiliki kewajiban menyematkan penghargaan Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Kholil.
Syaikhona Kholil menjadi inspirasi dan awal perjuangan tiga serangkai yakni KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Ketiganya menjadikan NU besar dan para penerusnya bisa memetik buah dari perjuangannya.
“Beliaulah yang mengangan-angan lahirnya sebuah embrio Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Layak beliau mendapat gelar pahlawan nasional,” katanya saat berbicara pada Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-98 Nahdlatul Ulama di Masjid Istiqlal, Sabtu (27/2/2021) malam. (Aza)